Kemudian Utbah menahan mulut Rasulullah saw. dan memohon belas kasih Rasul saw. dengan sangat agar berhenti membacakan al-Quran. Utbah sejak saat itu tidak menemui keluarganya dan menahan diri dari mereka. Abû Jahal berkata, “Wahai kaum Quraisy!, demi Allah, kami tidak melihat Utbah kecuali telah keluar dari agama kita untuk memeluk agama Muhammad. Ia tertarik dengan makanan Muhammad. Semua itu tidak akan terjadi jika tidak ada kebutuhan yang menimpanya. Marilah kita berangkat bersama-sama menemuinya.” Mereka pun berangkat menemui Utbah. Abû Jahal berkata, “Wahai Utbah!, demi Allah, kami tidaktakut kecuali engkau memihak kepada Muhammad, dan engkau tertarik dengan urusan Muhammad. Jika engkau mempunyai kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu yang bisa memberikan kecukupan kepadamu daripada makanan Muhammad.” Mendengar hal itu Utbah marah dan bersumpah dengan nama Allah bahwa tidak akan berbicara dengan Muhammad selamanya.” Utbah berkata, “Kalian telah mengetahui bahwa aku adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Tetapi sungguh aku telah datang kepada Muhammad.” Kemudian Utbah menceritakan kisahnya kepada mereka hingga berkata, “Kemudian Muhammad menjawabku dengan sesuatu perkataan. Demi Allah, itu bukan sihir, syair, dan perdukunan; ia membacakan: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. (TQS. Fushilat [41]: 1-3); hingga sampai pada ayat ketiga belas: Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum `Âd dan kaum Tsamud. (TQS. Fushilat [41]: 13) Kemudian aku menahan mulutnya dan memohon kasih sayangnya dengan sangat untuk berhenti membaca al-Quran. Kalian sungguh telah mengetahui bahwa jika Muhammad mengatakan sesuatu, maka ia tidak akan dusta. Aku sangat khawatir akan turun siksa kepada kalian.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Muin yang berbeda dengan Riwayat Ibnu Ishak dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurdzi, yang dalam riwayat itu terdapat Rawi yang majhul, dan diceritakan dalam Sirah Ibnu Hisyam)
Mencaci-maki
Al-Bukhâri dan Muslim telah meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf ia berkata; ketika kami bediri di barisan perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, tiba-tiba aku melihat dua orang anak muda dari kaum Anshar. Aku berharap agar aku berada disamping keduanya. Kemudian salah seorang dari keduanya memegangku dan berkata, “Wahai paman!, Apakah engkau mengenal Abû jahal?” Aku berkata, “Ya, Apa keperluanmu kepadanya wahai anaku?” Ia berkata, “Aku mendapat kabar bahwa ia telah mencaci maki Rasulullah saw. Demi Allah yang menggenggam jiwaku, apabila aku melihatnya maka tidak akan berpisah pakaianku dan pakaiannya hingga matilah yang paling cepat di antara kami.” Maka aku sangat kagum terhadap anak itu. Kemudian anak yang kedua pun memegangku dan berkata seperti yang pertama…. Al-Bukhâri dan Muslim juga telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah: Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya (TQS. al-Isra’ [17]: 110) Ibnu Abbas berkata ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw. Sedang dakwah secara sembunyi-sembunyi di Makkah. Rasulullah saw. Ketika shalat bersama para sahabat, suka mengeraskan suaranya ketika membaca al-Quran. Jika orang-orang musyrik mendengarnya, makamereka akan mencaci maki al-Quran, mencaci maki yang menurunkannya dan yang membawanya. Allah berfirman kepada nabi-Nya: Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya (TQS. al-Isra’ [17]: 110) Maksudnya, engkau jangan mengeraskan bacaan hingga didengar oleh orang-orang musyrik, akibatnya mereka akan mencaci maki al-Quran. Maksud dari firman Allah “wala tukhafit biha” adalah jangan menyembunyikan bacaan shalatmu dari sahabatmu, sehingga tidak bisa mereka dengar, Tapi carilah yang pertengahan di antara hal itu. (TQS. al-Isra’ [17]: 110)
Ahmad telah meriwayatkan dalam al-Musnad, para perawinya terpercaya, dari Abû Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: Apakah kalian tidak melihat bagaimana Allah memalingkan dariku kutukan kaum Quraisy, dan caci maki mereka. Mereka memakimakiku sambil mencela, padahal aku adalah Muhammad. Dalam hadits Mutafaq ‘alaih, Ibnu Abbas berkata, ketika turun firman Allah: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
(TQS. Asy-Syu’ara [26]: 214) Rasulullah saw. keluar hingga naik ke bukit Shafa, kemudian beteriak, “Hai selamat pagi!” Kaum Quraisy berkata, “Siapa yang berteriak itu?.” Mereka berkata, “Ia adalah Muhammad.” Kemudian mereka berkumpul menujunya. Beliau bersabda: Bagaiman pendapat kalian jika aku kabarkan bahwa saat ini ada pasukan kuda yang keluar dari balik bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka berkata, “Kami tidak pernah mengenalmu berdusta.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian, bahwa di hadapanku ada siksa yang sangat keras.” Abû Lahab berkata, “Celaka engkau Muhammad, apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Kemudian turunlah firman Allah, surat al-Lahab [111]: 1, “Binasalah kedua tangan Abû Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” Ath-Thabrâni telah mengeluarkan dari Manbats al-Azdi, ia berkata; Aku melihat Rasulullah saw. di masa jahiliyah, ia bersabda, “Wahai manusia, katakan “Tiada tuhan selain Allah”, pasti kalian berbahagia”. Maka dari kaum Quraisy ada yang meludahi wajah Rasul saw. Ada yang menaburkan tanah ke wajahnya, dan ada yang mencaci maki hingga tengah hari. Kemudian ada seorang anak wanita yang datang kepada Rasulullah saw. membawa wadah yang cukup besar yang dipenuhi air, lalu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau jangan mengkhawatirkan bapakmu terbunuh atau dihinakan”. Manbat al-Azdi berkata, “Siapa anak kecil itu?” Orang-orang berkata, “Ia adalah Zainab anak Rasulullah saw.” Al-Haitsami berkata, “Dalam hadits ini terdapat Manbats bin Mudrik, aku tidak mengenalnya, tapi perawi yang lainnya terpercaya.”
Comments :
0 komentar to “KONSISTEN DALAM KEBENARAN (4)”
Posting Komentar
KIrimkan Komentar anda tentang Artikel Ini