Tampilkan postingan dengan label Berita Timur Tengah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Timur Tengah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Januari 2010

Aljazeera Tayangkan Film Dokumenter: Ketakutan Rezim & Meningkatnya Aktivitas Hizbut Tahrir di Asia Tengah

Saluran televisi satelit Aljazeera berbahasa Inggris dalam pekan ini dalam sebuah program acara People & Power menayangkan sebuah film dokumenter tentang ‘ekstrimisme agama’ di Asia Tengah. Film yang dibuat oleh Michael Anderson tersebut mengungkap kenyataan kepalsuan dari rezim diktator di Asia Tengah yang melakukan berbagai upaya untuk menghentikan gerakan Hizbut Tahrir.

Michael Anderson adalah seorang ilmuwan politik dan wartawan yang telah menghabiskan bertahun-tahun di Asia Tengah telah membuat sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang situasi persoalan ekstrimisme di Asia Tegah.

Dalam wawancaranya kepada Ferghana.ru, Michael Anderson mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, dirinya telah mengamati bagaimana para diktator di Asia Tengah telah menggunakan ‘ancaman’ ini dari apa yang disebut ‘ekstrimisme’ untuk menindas siapa pun yang tidak setuju dengan mereka. “Hanya dengan label mereka ‘ekstrimis’ atau ‘teroris’”, kata Anderson.

Menurutnya, para politisi Barat ‘membeli’ propaganda dari orang-orang seperti diktator Uzbekistan Islam Karimov. Itulah diantara alasan, Anderson memutuskan untuk membuat film yang berjudul “Mitos Ekstrimisme Agama di Asia Tengah”

Anderson mengatakan bahwa di Asia Tengah, sebelumnya ekstrimisme bukan ancaman, tetapi sekarang terjadi berkat orang-orang seperti Karimov. Pada tahun 1990-an, saat itu para pemimpin di Asia Tengah mulai memperingatkan terhadap apa yang disebut ‘ekstrimisme’ dan ‘radikalisme’, dan ancaman itu sangat terbatas.

Tetapi, Karimov dan kawan-kawannya telah menggunakan citra ekstrimisme Islam untuk menakut-nakuti penduduk lokal agar tunduk, seperti ‘hanya aku yang dapat melindungi Anda terhadap teroris Islam yang berbahaya ini’ sehingga atas nama stabilitas, demokrasi harus menunggu, katanya.

Anderson mengemukakan, Karimov seolah menambahkan pernyataanya ‘dan siapa pun yang berani mengkritik saya adalah seorang pengkhianat atau ekstrimis dan akan dilemparkan ke dalam penjada, disiksa, dll’.

Apa yang Terjadi Hari ini?

Hari ini, menurut Anderson, sebagai akibat langsung dari penindasan rezim dan mereka gagal dalam kebijakan sosial dan ekonomi, ancaman dari ekstrimisme tersebut semakin meningkat. Rezim telah mengubah nubuat mereka ke dalam kebenaran.

“Seperti banyak pakar analisis telah menujukkan, organisasi seperti Hizbut Tahrir memperoleh lebih banyak anggota sepanjang waktu. Dan lebih penting lagi, masih lebih banyak orang yang bersimpati dengan apa yang mereka usulkan, walaupun mereka bukan anggota dari organisasi ini,” kata Anderson kepada Ferghana.ru.

Ia memberikan penekanan, “Tapi, dan ini sangat penting, sekalipun rekayasa primitif oleh para rezim di Asia Tengah, tak seorang pun pernah membuktikan bahwa Hizbut Tahrir telah benar-benar menggunakan kekerasan.

Dalam film dokumentar garapannya, Duta Besar OSCE Bishkek, Andrew Tesoriere, mengakatan kepadanya, “hak-hak orang dalam tahanan, bahkan walaupun orang-orang tersebut diduga terorisme, harus dihormati. Jika Anda tidak melakukan hal tersebut, Anda akan memperbanyak masalah ekstrimisme dan bahkan terorisme”

Terkait tragedi Andijan, ia memberikan komentar, “Secara pribadi saya berpikir bahwa peristiwa Andijan pada 2005, dan sejumlah kecil demonstrasi dan penembakkan di Asia Tengah selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa semakin banyak orang memang merasa terdong ke ekstrim.”

“Dan ketika Anda melihat apa yang para rezim di Asia Tengah lakukan kepada masyarakat, dapatkan Anda menyalahkan mereka?” katanya.

Kesan Terbesar: ‘Para Pahlawan

Dalam pembuatan film dokumenternya itu, Anderson mengaku sangat berkesan terhadap para ‘pahlawan’ yang berani seperti para pembela hak asasi manusia, para pengacara, dan wartawan yang terus bertahan menghadapi rezim brutal tersebut. Padahal, rezim korum sering membahayakan kehidupan mereka, seperti yang terlihat hampir setiap pekan.

“Kesan saya yang lain adalah bahwa kemanusian dan keluarga diperlakukan sangat brutal oleh rezim. Orang-orang bersalah dilemparkan ke dalam penjara selama 20 tahun untuk kejahatan yang semua orang tahu mereka tidak melakukannya, tanpa pengadilan yang layak, bahkan tanpa akses pengacara. Atau kebrutalan polisi, penyiksaan, atau…. Ini adalah kehidupan sehari-hari bagi ribuan orang tak berdosa di daerah tersebut,” katanya.

“Ya, situasi yang terburuk di Uzbekistan, tetapi jelas, bahwa para pemimpin yang lainnya kini semakin mengambil ‘cara Uzbek’,” tambahnya lagi.

Film yang diproduksi oleh Mulberry Media tersebut dapat disaksikan oleh seluruh kaum Muslim di seantero dunia di saluran televisi Al-Jazeera bahasa Inggris, mulai hari Rabu hingga Ahad pada acara People & Power, Kamis: 08.30/21.00/02.30 WIB, Jumat: 23.30 WIB, Sabtu: 10.30/03.00 WIB, dan Ahad: 12.30 WIB.

»»  read more

Senin, 14 September 2009

Israel Berencana Mencaplok Tanah Palestina Lebih Luas Lagi

Sumber-sumber Palestina mengatakan Israel sedang membangun rencana pemukiman baru yang sama dengan mengambil hampir 140-ribu hektar tanah Arab dekat Yerusalem (al-Quds).

Proyek baru berfokus pada daerah-daerah yang terletak di sekitar al-Quds dengan memperluas pemukiman Adumim Maale dan menghubungkan permukiman lain di sekitar kota.

Berdasarkan rencana yang sama, otoritas Israel telah mengubah proporsi penduduk Arab-Yahudi di kota saat ini. Pada tahun 2020, mereka mengharapkan para pemukim Yahudi terdiri 88 persen dari seluruh penduduk.

Meskipun kecaman internasional yang luas dan penolakan AS terhadap kegiatan pemukiman Tel Aviv sangat jelas, pemerintah Israel juga membangun ratusan unit rumah baru di wilayah yang diduduki Tepi Barat.

Masyarakat internasional menganggap permukiman Israel di seluruh Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur tidak sah dan merupakan kendala utama dalam perjalanan menuju perdamaian permanen di Timur Tengah.

Otoritas Palestina telah mengesampingkan setiap perundingan damai dengan Tel Aviv, sampai pihak Israel membuktikan komitmennya untuk benar-banar menghentikan aktivitas pembangunan pemukiman di wilayah Palestina yang dikuasai.

Sekitar 500.000 warga Israel tinggal di lebih dari 100 pemukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sedangkan lebih 2.500 unit rumah sedang dalam konstruksi.(mediaumat.com)

»»  read more

Sabtu, 12 September 2009

Seorang Anggota Pasukan Keamanan Irak Merobek Naskah Al-Qur’an di Penjara Abu Ghuraib

Telah terjadi kekacauan pada hari Kamis (10/9) di penjara Abu Ghraib—yang terkenal jelek reputasinya—antara sejumlah tahanan dengan aparat keamanan—yang setia kepada pendudukan AS—menyebabkan puluhan luka-luka. Insiden itu dipicu oleh seorang anggota pasukan keamanan yang merobek naskah Al-Qur’an Al-Karim.

Seorang anggota parlemen, Zainab Kanani berkata kepada kantor berita Jerman (DPA): “Bahwa pasukan keamanan Irak yang mengawasi penjara Abu Ghuraib pada hari Kamis pagi (10/9) melakukan pelecehan terhadap para tahanan, memukuli mereka, dan bahkan salah seorang anggota pasukan keamanan itu telah merobek naskah Al-Qur’an Al-Karim di depan para tahanan, akibatnya konfrontasi semakin memanas, di mana akhirnya polisi menggunakan senjata, sehingga menyebabkan jatuhnya puluhan korban luka-luka.

Kanani menilai apa yang dilakukan aparat keamanan terhadap para tahanan sebagai “tindakan barbar yang memerlukan intervensi dari pemerintah Irak untuk menghentikan sebab-sebab kekhawatiran akan meluasnya tindakan-tindakan barbar ini di penjara-penjara lain, karena apa yang terjadi di penjara Abu Ghuraib, dinilai sebagai pembuka preseden buruk, terutama karena aparat keamanan dalam menangani situasi menggunakan cara-cara yang sangat kejam dan menggunakan senjata, hingga mengabaikan hak asasi manusia .

Kanani mengatakan: “Tampak sekali bahwa perlakuan kasar oleh aparat keamanan terhadap para tahanan yang mengakibatkan semakin meluasnya kekacauan mulai pagi hari sampai sore hari, dan baru berhenti setelah datangnya pasukan tambahan.”

Beberapa saksi mata mengatakan bahwa puluhan kendaraan militer Irak memenuhi wilayah Abu Ghuraib, sehingga suara-suara tembakan terdengar jelas di daerah-daerah sekitar penjara. (mediaumat.com)

»»  read more

Kamis, 10 September 2009

Israel Membunuh 252 Anak-Anak Dalam Perang di Gaza

Organisasi hak asasi manusia mengatakan bahwa angka resmi Israel terkait jumlah total warga sipil Palestina yang meninggal selama perang di Gaza jauh lebih sedikit dari angka yang sebenarnya.

Organisasi hak asasi manusia Israel (menyampaikan) bahwa jumlah anak-anak di bawah usia 16 tahun yang syahid adalah 252 jiwa. Ini sangat berbeda dengan yang dikeluarkan oleh tentara Israel, yang jumlahnya hanya 89 anak saja.

Dia menambahkan bahwa para pekerja sipil mengumpulkan bukti-bukti kematian, foto-foto, dan bukti-bukti lainya yang berkaitan dengan masing-masing dari 252 anak-anak tersebut.

Organisasi itu mengumumkan pada saat menyerahkan dimana ia berkata bahwa organisasi telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk persiapan penyelidikan menyeluruh ini dari beberapa sumber, tentang nama-nama semua anak yang syahid dalam perang, sementara tentara Israel menyembunyikan informasi ini.

Organisasi mengatakan bahwa mengkomparasi nama-nama yang ada dalam dua daftar ini tidak mungkin dilakukan,daftarnya secara rinci kepada organisasi rinci. Namun, perbedaan angka-angka yang begitu mencolok tidak terbantahkan.

Angka-angka baru dibuat pada saat tentara Israel membuka penyelidikan atas tuduhan melakukan tindak kriminal terhadap keluarga Khaled Abdu Rabbihi, yaitu ibunya, Su’ad, bahwa tiga orang putrinya ditembak mati, padahal mereka telah membawa bendera putih, ketika keluar dari rumahnya di timur Jabalya pada tanggal 7 Januari tahun lalu.

Abdu Rabbihi menyaksikan sendiri bahwa ibunya yang bersama tiga anak-anak perempuannya telah melambai-lambaikan kain putih. Mereka keluar rumah ketika seorang tentara Israel keluar dari tank dan menembaki mereka, sehingga Amal (2 tahun), dan Suad (7 tahun) meninggal di tempat, sementara putri ketiganya, Samar (4 tahun) menderita luka serius, yang kemudian dibawa ke Belgia untuk mendapatkan perawatan.

Penyelidikan ini dilakukan menyusul pengaduan resmi yang diajukan oleh tiga organisasi hak asasi manusia Palestina untuk masalah kriminal, yaitu “Al-Adalah”, “Al-Haq”, dan “Al-Mizan”. (mediaumat.com)

»»  read more

Senin, 07 September 2009

Negara Arab Pembeli Senjata Terbesar di Dunia

Uni Emirat Arab dan Arab Saudi telah menduduki peringkat teratas sebagai pembeli senjata di dunia, membantu Amerika Serikat meningkatkan persentase keuntungan menjadi lebih dari 68,4% dari semua transaksi persenjataan luar negeri selama resesi global.

UEA menandatangani US$ 9.7 miliar dalam perdagangan senjata dan Arab Saudi menandatangani US$ 8.7 miliar dalam perdagangan senjata, New York Times melaporkan pada hari Minggu (6/9).

Menurut sebuah penelitian baru, Washington menandatangani perjanjian senjata senilai $ 37.8 milyar pada tahun 2008, atau 68,4% dari semua bisnis di pasar senjata global, penjualan ini naik $ 25.4 miliar dari tahun sebelumnya.

Italia jauh pada peringkat kedua, dengan $ 3,7 milyar pada penjualan senjata di seluruh dunia pada tahun 2008, sementara Rusia adalah ketiga dengan US $ 3,5 miliar dalam penjualan senjata tahun lalu - turun dari $ 10.8 miliar dalam transaksi senjata yang ditandatangani oleh Moskow pada tahun 2007.

Pertumbuhan penjualan senjata oleh AS tahun lalu terlihat melawan tren di dunia.

Nilai penjualan senjata global pada tahun 2008 adalah $ 55.2 milyar, menurun sebesar 7,6% dari 2007 dan terendah total perjanjian senjata internasional sejak tahun 2005, papar dalam penelitian tersebut.

Amerika Serikat adalah pemimpin tidak hanya dalam penjualan senjata di seluruh dunia, tetapi juga dalam penjualan kepada negara-negara berkembang, penandatanganan $ 29.6 miliar dalam perjanjian senjata dengan negara-negara ini, atau 70,1% dari semua transaksi tersebut.

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar perdagangan senjata dilakukan oleh AS dengan negara-negara berkembang tahun lalu termasuk $ 6,5 milyar untuk sistem pertahanan udara Uni Emirat Arab, $ 2,1 milyar dengan Maroko berupa jet tempur dan $ 2 milyar dengan Taiwan yang berupa helikopter.

Kesepakatan perdagangan senjata lainnya yang dicapai antara AS dan Mesir, Irak, India, Korea Selatan dan Brasil.

Laporan tahunan ini diproduksi oleh nonpartisan Congressional Research Service, sebuah divisi dari Library of Congress. (mediaumat.com, 7/9/2009)

»»  read more

Jumat, 28 Agustus 2009

Seorang Warga Palestina Syahid Oleh Peluru Artileri Israel Yang Menghantam Gaza Utara

Sumber medis Palestina mengumumkan bahwa seorang warga Palestina syahid pada hari Kamis (27/8) akibat dari pecahan peluru meriam yang ditembakkan oleh kapal perang pasukan pendudukan zionis Israel dari lepas pantai di wilayah Athathirah utara Jalur Gaza.

dr. Muawiyah Hassanein, direktur bagian Unit Gawat Darurat (UGD) di Departemen Kesehatan mengatakan: “Muhammad Al-Attar (25 tahun), seorang nelayan telah syahid setelah terkena pecahan peluru yang ditembakkan oleh kapal perang zionis Israel dari laut utara Jalur Gaza yang sengaja diarahkan kepada para nelayan.”

Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai oleh Hamas sejak Juni 2007, menghadapi agresi militer berskala besar dari tentara Zionis Israel pada akhir tahun lalu. Agresi tentara zionis Israel ini berlangsung sekitar tiga minggu dan mengakibatkan kematian lebih dari 1.400 orang warga sipil Palestina. (islamtoday.net, 28/08/2009)

»»  read more

Empat Negara Arab Secara Ideologis Telah Setuju Untuk Menormalisasi Hubungan Dengan Israel

Koran Inggris The Guardian memberitakan bahwa empat negara Arab secara ideologis telah setuju terhadap serangkaian langkah-langkah normalisasi dengan entitas Zionis, dimulai dari membuka wilayah udara untuk maskapai penerbangan Zionis “El Al”.

Dalam laporan yang dipublikasikan oleh The Guardian, dan koran-koran Inggris lainnya bahwa Israel tidak hanya berusaha untuk membuat sikap bangsa Arab lebih radikal terhadap Iran, tetapi juga untuk menormalkan hubungannya dengan negara-negara Arab.

Laporan itu menjelaskan bahwa normalisasi ini berupa pemberian beberapa fasilitas kepada entitas Zionis oleh beberapa negara Arab. Seperti: memberikan izin untuk menggunakan wilayah udaranya kepada maskapai penerbangan Zionis El Al, pembentukan kantor-kantor perdagangan, membuka kedutaan besar, dan mengakhiri pemberian gambaran bahaya dengn stempel Zionis di paspor mereka.

Menurut laporang koran yang dipublikasikan dua hari lalu, ada empat negara Arab yang secara ideoligis telah setuju upaya-upaya tersebut, tetapi Arab Saudi masih menolaknya, karena dalam hal ini entitas Zionis yang banyak diuntungkan. Dan koran itu tidak secara tegas menyebutkan nama keempat negara Arab itu, namun berita yang beredar keempat negara itu adalah negara-negara yang ada di sekitar entitas Zionis, dan negara-negara Teluk.

Koran itu mengutip dari seorang pejabat Eropa yang mengatakan bahwa Arab Saudi tidak akan mencegah keempat negara Arab itu untuk melakukan penandatanganan perjanjian. Akan tetapi ia mengharapkan Arab Saudi ikut menyetujuinya di lain waktu.

Seminggu yang lalu, beberapa surat kabar berbahasa Ibrani melaporkan bahwa Amerika Serikat memberitahu Israel bahwa ada dua negara Teluk yang siap untuk melanjutkan hubungan keduanya dengan Israel, sebagai konpensasi atas persetujuan pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk membekukan pembangunan pemukiman di Tepi Barat dan Al-Quds (Yerusalem).

Tuntutan Amerika dan internasional yang dominan adalah pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki. Tuntutan itu dikemukakan pada hari Rabu dalam sebuah pembicaraan antara Netanyahu dengan utusan khusus Amerika Serikat untuk Timur Tengah, George Mitchell, di London, tanpa ada kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam hal ini.

Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Mitchell, Perdana Menteri Zionis Israel berkata: “Sesungguhnya para pejabat tinggi Zionis dan Amerika Serikat akan bertemu lagi minggu depan di Amerika Serikat, untuk menindaklanjuti upaya menghidupkan kembali proses perdamaian terhenti.” (islamtoday.net, 27/08/2009)

»»  read more

Minggu, 23 Agustus 2009

Amerika Kembali Merancang Konvensi Keamanan di Irak

Seorang Komandan Pasukan Amerika dalam minggu ini mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengusulkan pembentukan sebuah tim keamanan gabungan yang terdiri dari pasukan Irak, Kurdi, dan Amerika Serikat, yang bertujuan untuk melindungi daerah-daerah rawan konflik yang diperebutkan oleh suku Kurdi dan bangsa Arab. Dengan kata lain, tujuan dibentuknya tim keamanan gabungan ini adalah untuk melindungi mereka dari serangan-serangan kelompok milisi.

Ray Odierno mengatakan bahwa pemikiran (konsepsi) yang memerlukan amandemen dalam konvensi keamanan Irak-Amerika adalah untuk membolehkan pasukan Amerika kembali ke kota-kota dan desa-desa. Dan hal ini mendapatkan respon positif dari pemerintah Baghdad, dan pemerintah daerah Kurdi di utara.

Odierno mengatakan bahwa jika konvensi multilateral ini telah disetujuinya, maka eksistensinya akan sama seperti misi pasukan Amerika untuk menjaga perdamaian antara kekuatan yang bersaing dalam menghadapi sengketa yang meletus seputar wilayah, kekuasaan, dan minyak.

Dia mengatakan: “Bahwa konvensi itu tidak untuk waktu yang lama. Sehingga apabila hal itu dilakukan, maka itu hanya untuk membangun kepercayaan di dalam pasukan (Irak dan Kurdi), sehingga mereka dapat bekerja sama antara satu dengan yang lain dengan saling menghargai.”

Dia juga mengatakan bahwa pemerintah Irak benar-benar butuh memberikan pasukan Amerika Serikat kebebasan melalui konvensi keamanan bilateral tersebut, di mana konvensi itu mengharuskan penarikan pasukan Amerika dari pangkalannya di daerah pedesaan, pada akhir Juni; dan juga mengharuskan penarikan semua pasukan Amerika Serikat dari Irak pada tahun 2011.

Odierno mengatakan bahwa ia telah membahas usulan ini dengan Perdana Menteri, Nuri al-Maliki, dan pemimpin wilayah Kurdistan, Mas’ud Barzani. Dan kepada kedua orang ini ia meminta untuk mempertimbangkan gagasan ini. Usulan ini akan mulai dikaji oleh komite pengkajian pada bulan depan.

Odierno mengatakan: “Saya telah mendorong, dan saya merasa tidak ada penentangan apapun terhadap adanya poin pemeriksaan oleh tiga pihak untuk pengawasan yang terdiri dari tentara Irak, pemerintah daerah Kurdistan, dan tentara Amerika.” (kantor berita HT, 23/08/2009)

»»  read more

Sabtu, 22 Agustus 2009

Sebelum Insiden Rafah, Intelijen Senior Inggris Bertemu dengan Delegasi Hamas di Kairo

Sumber-sumber Arab dan Eropa menegaskan kepada (al-manar) bahwa pertemuan tingkat tinggi telah diadakan sekitar sepuluh hari lalu antara para pemimpin gerakan Hamas dan pejabat tinggi intelejen senior Inggris. Pertemuan yang diadakan di ibukota Mesir ini telah mempertemukan antara Dr. Mahmud al-Zuhar dan seorang pemimpin senior dari Brigade Izzuddin al-Qasam dengan Deputi Direktur Badan Intelijen Inggris.

Sumber-sumber tersebut mengatakan kepada (al-manar) bahwa pertemuan itu berlangsung sebelum insiden yang terjadi di kota Rafah ketika elemen-elemen gerakan Hamas menyerang kelompok Salafi di kota itu. Sumber-sumber itu menyatakan bahwa pejabat keamanan Inggris mengeluhkan kepada delegasi dari Hamas tentang apa yang disebut dengan kegiatan Muslim ekstrimis yang serupa dengan kegiatan organisasi al-Qaeda. Ia meminta Hamas bertindak cepat untuk membuktikan niat baiknya sehingga jaringan komunikasi Eropa dan Amerika Serikat dengan gerakan itu bisa terus terbuka. Sumber-sumber itu juga yakin bahwa pertemuan itulah yang mempengaruhi cara-cara gerakan Hamas dalam memperlakukan para anggota gerakan Salafi.

Insiden tragis telah terjadi baru-baru ini di kota Rafah, di Jalur Gaza. Dan melalui insiden itu gerakan Hamas hendak mengirim pesan kepada empat pihak, yaitu Palestina, Israel, Arab, dan Internasional.

Pesan pertama kepada Palestina bahwa gerakan Hamas tidak akan mengizinkan setiap gerakan atau organisasi apapun yang ada di Jalur Gaza mengabaikan fakta bahwa Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza. Dan dialah penguasa yang memerintah di wilayah bagian dari Palestina ini.

Pesan kedua adalah kepada Israel dan semua kekuatanya bahwa gerakan Hamas mampu untuk mengendalikan keamanan di Jalur Gaza, dan gerakan Hamas sebagai pihak yang paling konsisten dalam menjalankan setiap perjanjian keamanan apapun, terutama dalam perjanjian damai dan ketenangan di perbatasan.

Pesan ketiga kepada rezim Arab. Dalam hal ini Hamas hendak menegaskan bahwa gerakan Hamas tidak akan mengancam stabilitasnya, dan Hamas tidak akan menempuh cara-cara ekstrimisme. Karena itu, rezim Arab harus menjalin hubungan yang kuat dengan gerakannya, tanpa perlu takut untuk menyerahkan kekuasaan di Jalur Gaza kepadanya, jika suatu saat kekuasaannya meluas hingga ke Tepi Barat. Untuk itu, rezim Arab tidak perlu menyerukan pemboikotan terhadap gerakannya, dan juga jangan hanya memperkuat hubungannya dengan Otoritas Nasional Palestina saja.

Adapun pesan keempat dari gerakan Hamas kepada internasional, khususnya Eropa dan Amerika melalui insiden yang diwarnai dengan kekerasan dan kekejaman itu, adalah bahwa gerakan (Hamas) ini bukan kelompok ekstrimis, bahkan ia sebagai mitranya dalam memerangi apa yang disebut dengan perang melawan terorisme. Sehingga dengan insiden itu tidak perlu lagi mempertanyakan ketulusan dan kesungguhan keinginannya. Hamas tidak akan membiarkan Jalur Gaza berubah menjadi (sarang terorisme). Hamas tidak akan pernah menjadi ancaman bagi kepentingan Eropa, Amerika, dan stabilitas sekutunya. Begitu juga, gerakan Hamas akan senantiasa berkomitmen dengan semua usulan yang berlangsung selama pembicaraan, dan berbagai komunikasi dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat melalui jaringan yang selalu terbuka.

Beberapa biro politik percaya bahwa jaringan komunikasi Eropa dan Amerika Serikat dengan gerakan Hamas ini kualitas dan kuantitasnya akan semakin meningkat. Bahkan bisa jadi perkembangan ini diikuti dengan sikap keras gerakan Hamas terhadap kekuatan kelompok—yang dianggap—ekstrimis Islam, sesuai persyaratan dan tuntutan dari Eropa dan Amerika.

Terlepas dari interpretasi terhadap alasan Hamas menggunakan kekerasan yang berlebihan dalam menghadapi kelompok jihad Salafi di Rafah, maka yang jelas Hamas ingin menunjukkan bahwa ia memiliki dominasi yang sangat kuat di Jalur Gaza, dan ini juga merupakan peringatan bagi gerakan Fatah dan lainnya. Tujuan gerakan Hamas ini tersirat dalam empat pesan yang berupa permintaan untuk berafiliasi dengan organisasi yang hendak memerangi apa yang disebut dengan terorisme internasional, di samping mengkonfirmasikan akan ketulusan niatnya, dan membuktikan kemampuannya untuk mengendalikan medan yang selama ini, kondisi dan perkembangannya sangat mengganggu negara-negara Arab dan Eropa, di samping mengamcam Israel dan Amerika. Dengan demikian, tampaklah keberhasilan Hamas menutup pintu yang merupakan sumber bagi merebaknnya krisis antara gerakannya dengan Eropa dan Amerika Serikat, yakni Hamas berhasil untuk menaikkan banner bahwa “Hamas bukan bahaya yang akan menjadi ancaman bagi stabilitas Timur Tengah”. (al-aqsa.org dari www.manar.com, 19/08/2009)

»»  read more

Rabu, 19 Agustus 2009

Pemerintah Hamas di Jalur Gaza Membersihkan Sel Kelompok Jihad Di Kota Rafah

Pasukan pemerintahan Hamas menyerang para milisi milik sebuah gerakan jihad di kota Rafah. Gerakan ini dikenal dengan Jundu Ansharullah. Mereka ini membuat pertahanan di sebuah masjid. Dan mereka juga telah mengumumkan tentang berdirinya kepemimpinan Islam di wilayah selatan Jalur Gaza.

Syaikh Dr. Abdul Latif Musa pemimpin gerakan ini mengatakan dalam sebuah Khutbah Jum’at sebelum berperang dengan Hamas: “Kami mengumumkan hari ini tentang lahirnya kepemimpinan Islam yang baru di pangkuan Al Quds (Yerusalem)”. Dia menambahkan: “Kami akan mendirikan kepemimpinan ini di atas mayat-mayat kami. Dengan kepemimpinan ini, kami akan menjalankan hudud, jinayat, hukum-hukum syariah Islam, dan kami berjanji kepada Allah untuk senantiasa menaati-Nya”.

Bahkan dia menyerukan kepada pemerintahan Hamas, dengan mengatakan: “Apakah mereka akan menerapkan syariat Allah, menjalankan hudud dan hukum-hukum Islam, atau mereka berubah menjadi partai sekuler di bawah naungan Islam”. Dia menambahkan: “Pada saat pemerintahan Hamas menerapkan hukum Allah, kami kelompok Salafi siap bekerja untuk mengabdi kepada pemerintahan yang menerapkan hukum Allah ini.”

Departemen Dalam Negeri di pemerintahan Hamas melalui pernyataan yang didistribusikan ke berbagai media menuduh bahwa: “Abdul Latif Musa yang mengumumkan berdirinya kepemimpinan Islam adalah orang yang sedang sakit jiwa dan sinting. Sehingga kami tegaskan bahwa setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum, dan membawa senjata untuk menyebarkan kekacauan akan dikejar dan ditangkap.”

Saksi mata yang dikutip oleh surat kabar politik “Ilaf al-Iliktroniyah” mengatakan bahwa “polisi Hamas menghancurkan rumah pemimpin kelompok Jundu Ansharullah, Syaikh Abdul Latif Musa, yang berada tidak jauh dari masjid yang terkepung. Sebagaimana polisi juga menghancurkan bangunan-bangunan di sekitarnya, yang di dalamnya para milisi berlindung, dan telah dikosongkan oleh penghuninya.

Juru bicara Hamas meminta: “Setiap orang yang bergabung dengan kelompok takfiriyah (yang suka mengkafirkan orang/kelompok lain) ini agar menyerahkan dirinya dan senjatanya kepada polisi.”

Sesungguhnya tuduhan Hamas bahwa gerakan ini adalah gerakan takfiriyah, dan pemimpinnya menderita sakit jiwa dan sinting tidak dapat dibuktikan dengan dalil. Sehingga kekerasan yang dilakukan polisi Hamas terhadap kelompok ini, apalagi dilakukan dengan alasan yang tidak kuat dan tidak benar, adalah benar-benar perbuatan pidana yang bertentangan dengan hukum Islam.

Semestinnya hal terbaik yang seharusnya dilakukan gerakan Hamas adalah berdialog dengan kelompok Jundu Nashrullah ini, bukan malah menyerangnya, dan apalagi melakukan pembantaian yang mengakibatkan lebih dari seratus orang meninggal!!!.

Sesungguhnya sikap otoriter Hamas di Gaza, dan pembantaian yang dilakukannya tidak memiliki pembenaran sedikit pun selain untuk meyakinkan Amerika dan negara-negara Arab anteknya akan kekuatan Hamas dan kemampuannya untuk mengendalikan keamanan, serta kemampuannya untuk memerangi organisasi-organisasi yang disebut ekstrimis. Padahal organisasi-organisasi itu di masa mendatang diharapkan dapat bekerja sama dengan gerakan Hamas.

Alangkah baiknya jika kekuatan besar yang digunakan Hamas untuk melawan kelompok jihad yang kecil ini, oleh Hamas digunakan untuk melawan musuh-musuh umat Islam yang telah banyak mengotori setiap kehormatan (tempat suci) yang ada di Palestina. (kantor berita HT, 17/08/2009)

»»  read more

Jalur Gaza Menjadi Sebuah Penjara Besar Akibat Blokade Israel

Blokade yang dilakukan pendudukan Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi penjara besar. Adnan Abu Hasna, juru bicara Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa situasi di Jalus Gaza semakin memburuk dan memprihatinkan akibat penutupan yang terus berlanjut, penguasaan, dan pemblokadean yang dipaksakan oleh pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza sejak tiga tahun lalu.

Abu Hasna mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa UNRWA menyampaikan seruan guna meminta bantuan kepada dunia untuk kebutuhan mendesak hingga 181 juta dolar. Dana sebesar itu digunakan agar dapat melanjutkan program-program darurat sampai akhir tahun ini, termasuk pemberian bantuan pangan kepada 650 ribu pengungsi reguler Palestina, dari satu juta orang yang tinggal di Jalur Gaza, dan juga melanjutkan program dukungan psikososial kepada sekitar 300 ribu orang Palestina yang menderita akibat agresi Israel baru-baru ini di jalur Gaza. Begitu juga ada kebutuhan untuk memberikan bantuan kepada sekitar 44 ribu rakyat Palestina yang rumahnya hancur selama berlangsungnya agresi tersebut, dan hingga kini mereka masih tinggal di tempat terbuka. Di samping masalah pengangguran yang sangat, yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena telah menimpa semua sektor kehidupan di Gaza.

Abu Hasna mengatakan bahwa Jalur Gaza berubah menjadi sebuah penjara besar akibat tindakan pemblokadean Israel yang terus-menerus di Jalur Gaza. Begitu juga terdapat banyak kekurangan di semua kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Melihat masalah besar ini, kita semua harus bentindak cepat untuk mengakhirinya. (mediaumat.com)

»»  read more

Tentara Zionis Curi Organ Tubuh Warga Palestina

Eramuslim.comTentara–tentara Zionis Israel ditengarai menculik warga Palestina untuk diambil organ tubuhnya kemudian dijual ke pasar gelap. Surat kabar Swedia Aftonbladet mengungkap hal itu dalam artikelnya berjudul “Mereka Merampas Organ Tubuh Anak-Anak Kami.”

Dalam artikel itu disebutkan bahwa tentara-tentara Zionis menculik anak-anak muda Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Anak-anak muda itu dikembalikan lagi pada keluarganya dalam keadaan meninggal dunia, setelah diambil organ tubuhnya.

Seorang lelaki Palestina asal kota Nablus, pada wartawan Aftonbladet mengaku bahwa kerabatnya dijadikan donor organ tubuh secara paksa oleh tentara-tentara Zionis itu dan masih banyak warga Palestina yang menjadi korban kebiadaban pasukan Zionis. Korban penculikan yang meninggal diketahui hilang organ tubuhnya setelah dilakukan autopsi.

Dalam artikelnya, Aftonbladet juga membeberkan peristiwa yang terjadi tahun 1992, ketika seorang aktivis muda Palestina ditangkap oleh tentara Zionis di kota Nablus. Aktivis itu ditembak di bagian dada, di perut dan di kedua kakinya kemudian dibawa ke tempat yang tidak diketahui oleh tentara-tentara Zionis itu.

Jenazah pemuda Palestina bernama Bilal itu baru ditemukan lima hari kemudian. Menurut Aftonbladet, saat ditemukan, kondisi Bilal saat menyedihkan. Ada luka menganga di bagian dadanya, yang menunjukkan penyiksaan macam apa yang telah dialami Bilal.

Aftonbladet mengaitkan laporannyanya dengan sindikat kejahatan penyelundupan organ tubuh manusia di New Jersey, AS yang baru-baru ini terbongkar. Sejumlah rabbi Yahudi di AS ditangkap, karena terlibat dalam sindikat tersebut. (ln/prtv)

»»  read more

Jumat, 14 Agustus 2009

Puluhan Tewas dalam Perang di Yaman

Pertikaian antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Syi’ah di utara Yaman dilaporkan puluhan orang tewas, karena konflik di negara tersebut semakin memburuk.

Pasukan Yaman dengan tank dan pesawat terbang meluncurkan serangan di dekat perbatasan dengan Arab Saudi pada Rabu (12/8), sehari setelah pemerintah berjanji akan akan menghajar gerilyawan dengan “tinju besi”.

Pasukan pemerintah menembakkan misil ke markas Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerilyawan, di pegunungan propinsi Saada pada Rabu (12/8), sumber dari suku setempat dan gerilyawan mengatakan.

Mereka menceritakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan pemerintah telah melancarkan serangan udara, artileri dan misil ke Distrik Malaheedh, Mahadher, Khafji dan Hasama.

Muhammad Al-Qadhi, koresponden luar negeri untuk koran nasional Abu Dhabi, melaporkan pada Al Jazeera bahwa ada “sepuluh hingga puluhan orang tewar dan terluka”.

Dia mengatakan “mereka (pasukan pemerintah) sedang melancarkan perang dan kami mendengar laporan dari Saada bahwa militer menggunakan pesawat untuk menyerang pertahanan gerilyawan dan banyak penduduk yang mengungsi.

“Ada laporan bahwa situasi kemanusiaan saat ini sangat kritis dan banyak penduduk yang telah meninggalkan rumahnya, dan kondisi ini telah menambah tekanan di kamp pengungsian.

Ada kekhawatiran perang di Yaman dapat dapat meluas menjadi konflik regional.

Hussein Shobokshi, seorang kolumnis Arab Saudi untuk koran pan-Arab Asharq Alawsat, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada banyak faktor yang perlu dikhawatirkan oleh pemain regional.

Dia mengatakan Amerika Serikat yang telah khawatir tentang kegiatan al-Qaeda di Yaman, “tidak memperhatikan apa yang terjadi di Yaman atau pada saat ini yang sedang terjadi di Somalia”.

“Regional secara keseluruhan sedang melihat kanker yang tumbuh subur di kedua negara ini, dan hal ini secara perlahan tapi pasti mulai diluar kendali.

“Perhatian regional dbutuhkan untuk mengambil alih secepatnya. warga Oman, Warga saudi, dan warga Yaman membutuhkan usaha bersama, karena terdapat kemungkinan efek yang buruk bisa diatasi.”

Mahkamah Komite Keamanan Yaman berkata: “Negara akan menyerang kelompok ini … dengan tinju besi sampai mereka menyerahkan diri ke pengadilan.”

Yaman merupakan salah satu negara Arab termiskin, yang juga menghadapi gelombang serangan al-Qaeda dan meningkatnya sentimen sekte di selatan Yaman.

Bagi Arab Saudi dan AS, kestabilan Yaman merupakan hal penting yang harus diperhatikan karena berbatasan langsung dengan Arab Saudi. (mediaumat.com)

»»  read more

Kamis, 13 Agustus 2009

Israel Tembak Penduduk Sipil Gaza yang Kibarkan Bendera Putih

JERUSALEM–Tentara Israel melakukan penembakan membabi buta dan menewaskan 11 penduduk sipil Palestina, termasuk empat anak, ketika kelompok tersebut melambaikan bendera putih saat berlangsung perang di Gaza, kata penggiat hak asasi manusia (HAM) internasional, Human Rights Watch (HRW), Kamis (13/8).

“Militer Israel harus melakukan penyelidikan terhadap kematian mereka,” kata organisasi yang bermarkas di New York dalam laporannya setebal 63 halaman.

HRW mengatakan, 11 orang tersebut hanyalah kelompok kecil dari sejumlah besar penduduk sipil dan pejuang yang tewas dalam serangan yang dilakukan militer negara Yahudi itu pada Desember-Januari di Jalur Gaza.

“Bagaimana pun, kematian ini harus dipermasalahkan karena penduduk sipil dalam kelompok itu sedang melambaikan bendera putih, kaos atau kerudung, dan tidak ada pejuang Palestina di daerah tersebut pada saat itu,” kata HRW.

“Berdasarkan undang-undang perang, pribadi-pribadi yang melakukan atau memerintahkan serangan terhadap warga sipil harus bertanggung jawab sebagai penjahat perang.”

Dalam satu kasus disebutkan, dua wanita dan tiga anak yang sedang membawa kain putih ketika seorang tentara menembak mereka, sehingga menewaskan dua bocah perempuan berumur dua dan tujuh tahun, serta melukai seorang gadis lainnya dan nenek mereka.

“Kami mengibarkan bendera putih tujuh dan sembilan menit dan wajah kami pun bisa dilihat oleh mereka,” kata nenek itu, yang ditembak dua kali, dalam penjelasannya.

“Dan kemudian mereka melepaskan tembakan dan anak-anak perempuan itu terkapar di tanah,” katanya.

Dalam lima dari tujuh insiden dilaporkan secara terinci, menyebutkan bahwa para tentara Israel yang menembak penduduk sipil yang sedang berjalan di jalan dengan mengibarkan bendera putih itu, berusaha meninggalkan tempat pertempuran.

Pihak militer mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya melakukan penyelidikan insiden tersebut, di mana tentara dituduh membunuh penduduk sipil yang mengibarkan bendera putih.

Namun HRW menuduh “laporan militer Israel tersebut mengenai penyelidikan kurang obyektif”.
“Dalam penyelidikan terdiri menanyai tentara dan memeriksa prajurit lainnya, tanpa mempertimbangkan pengakuan dari pihak saksi mata,” kata kelompok itu.

Militer Israel melakukan tuduhan 15 kejahatan yang dilakukan tentaranya dalam serangan selama tiga pekan itu, termasuk tuduhan menggunakan anak-anak sebagai perisai hidup.

Israel mengatakan bahwa sejauh ini bukti-bukti menunjukkan bahwa tentara melakukan tindakannya secara sah dengan melakukan peringatan lebih dulu. Sedangkan kelompok Hamas Palestina yang memerintah Gaza menegaskan tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional secara brutal.

Pada awal bulan ini, HRW menerbitkan laporan lain mengenai perang Gaza, dalam mana pihaknya mengatakan, serangan-serangan roket yang dilakukan Hamas terhadap Israel dan kelompok militan Palestina juga termasuk kejahatan perang.

Lebih dari 1.400 orang Palestina tewas dalam perang Gaza, menurut data Palestina.
Dari pihak Israel 10 tentara tewas, tiga penduduk sipil meninggal dalam pertempuran, akibat tembakan antar-sahabat atau oleh serangan roket. (Republika online, 13/8/2009)

»»  read more

Selasa, 11 Agustus 2009

Jumlah Korban Blokade Gaza Bertambah Menjadi 351 Syahid

GAZA- Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan bertambahnya jumlah korban blokade yang dilakukan Israel di Jalur Gaza menjadi 351 orang setelah kematian seorang balita yang sedang menderita sakit parah, namun pihak Israel melarangnya pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan.

Departemen Kesehatan pemerintah Haniyeh mengatakan bahwa “seorang balita, Minatullah Ali Balbisi, yang baru berumur satu tahun setengah. Di mana ia sedang menderita sebuah lubang di jantungnya. Dan akhirnya balita itupun meninggal karena pihak Israel melarangnya pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan.”

Departemen Kesehatan Palestina juga menyerukan pertolongan kepada negara-negara dunia untuk menekan otoritas pendudukan Israel, dan memaksanya agar membuka pintu-pintu penyeberangan; dengan tujuan agar membolehkan mereka yang sakit untuk pergi melakukan pengobatan di luar negeri, terutama karena ada ratusan orang sakit yang sedang menunggu giliran untuk menjadi syahid akibat blokade Israel.

Penduduk Jalur Gaza sedang menderita akibat blokade Israel yang begitu ketat, di mana pendudukan Israel melarang mereka yang sakit pergi untuk berobat melalui pintu penyeberangan Rafah. Begitu juga, pendudukan Israel sangat membatasi masuknya obat-obatan yang diperlukan agar rumah-rumah sakit dapat terus beroperasi. (mediaumat.com)

»»  read more

Jumat, 07 Agustus 2009

Ehud Barak Menginginkan Perang Baru Terhadap Libanon

MediaUmat-Menteri Pertahanan Israel telah mengisyaratkan keinginan Tel Aviv melancarkan perang lain terhadap Libanon yang akan lebih sangat efektif daripada perang tahun 2006 lalu.

"Kami tidak dapat menerima jika negara tetangga anggota PBB yang dalam pemerintahannya terdapat wakil milisi yang memiliki lebih dari 40.000 rockets," kata Ehud Barak Kamis terkait gerkan perlawanan Hizbullah Libanon.

Sementara itu Israel mengklaim bahwa serangan tidak cukup keras terhadap infrastruktur Libanon selama perang di musim panas tahun 2006, Barak mengatakan bahwa Tel Aviv akan menggunakan semua kekuatan yang diperlukan dalam kemungkinan konflik di perbatasan Israel utara.

»»  read more

Rabu, 05 Agustus 2009

Yordania: Hizbut Tahrir Kembali Melakukan Aktivitas Politik

Amman- Partai Islam Hizbut Tahrir yang dilarang di Yordania pada hari Selasa (4/8) mengumumkan tentang pengadaan kegiatan pertama secara terbuka di panggung politik Yordania sejak dekade 50-an abad yang lalu.

Surat kabar “al-Quds al-Arabi” mengutip dari Abu Sawa, juru bicara Hizbut Tahrir yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir akan mengadakan ceramah pada Persatuan Serikat Pekerja di Irbid, sebelah selatan negeri. Acara itu akan dihadiri salah seorang anggota Hizbut Tahrir, yaitu Abdul Jabbar at-Tamimi.

Dikatakan bahwa Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 oleh seorang Palestina, Taqiyuddin an-Nabhani. Hizbut Tahrir berdiri di atas pemikiran yang menyerukan untuk mengembalikan Khilafah Islam yang berakhir pada tahun 1924 di tangan Musthafa Kamaluddin Ataturk.

Yordania melarang Hizbut Tahrir sejak dekade 50-an abad yang lalu. Sehingga para kader Hizbut Tahrir terus dihadapkan pada serangan penangkapan oleh aparat keamanan. Serangan penangkapan terhadap para kader Hizbut Tahrir Yordania semakin gencar dilakukan selama dua tahun terakhir ini.

Hizbut Tahrir menilai kufur para penguasa kaum Muslim sekarang, sebab mereka menerapkan hukum positif buatan manusia yang tidak sesuai dengan hukum yang ada dalam Al Qur’anul Karim. (moheet.com, 4/8/2009)

»»  read more

Sabtu, 01 Agustus 2009

Obama Perpanjang Sanksi Terhadap Suriah

Presiden AS Barack Obama, Kamis, memperpanjang sanksi-sanksi terhadap Suriah atau individu-individu pro Suriah karena memprovokasi ketidakstabilan di Lebanon, walaupun ada sejumlah tanda positif dari Damaskus dalam waktu belakangan ini, kata Gedung Putih.

“Dalam enam bulan belakangan ini, Amerika Serikat menggunakan dialog dengan pemerintah Suriah untuk mengatasi kegelisahan dan mengidentifikasi masalah-masalah kepentingan bersama termasuk dukungan bagi kedaulatan Lebanon,” kata Obama dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.

Ia mengatakan ada “sejumlah perkembangan positif pada tahun lalu, termasuk penjalinan hubungan diplomatik dan pertukaran dutabesar-dutabesar antara Lebanon dan Suriah.”

Tetapi ia mengatakan “tindakan-tindakan oleh orang-orang tertentu tetap membantu ketidakstabilan politik dan ekonomi di Lebanon dan kawasan itu dan menimbulkan ancaman yang tidak biasa terjadi dan luar biasa, terhadap keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS.”

Sebagai akibatnya, kata Obama, ia memutuskan akan memperpanjang satu tahun sanksi-sanksi yang diberlakukan 1 Agustus 2007 oleh mantan Presiden George W.Bush yang membekukan asset-asset para individu yang dituduh mengganggu kedaulatan Lebanon atas nama Suriah.

Amerika Serikat memberlakukan sejumlah sanksi terhadap Suriah, musuh utamanya di kawasan itu bersama Iran, yang bersekutu dengan Damaskus.

Sejak memangku jabatan, Obama melangkah dengan hati-hati untuk memperbaiki hubungan dengan Suriah, yang adalah pelaku dan dapat memainkan peran yang berpengaruh di kawasan itu, baik di Lebanon, Irak atau dalam konflik Israel-Palestina. (ANTARA News, 31/7/2009)

»»  read more

Israel Akui Gunakan Senjata Fosfor Saat Serbu Gaza

Israel pada hari Kamis menyatakan telah menyelidiki 100 pengaduan tentang kelakuan tak senonoh pasukannya saat menyerang Gaza tahun ini.

Reuters juga mengutip laporan pemerintah Israel yang mengakui tentaranya telah menembakkan amunisi fosfor putih tapi tidak melanggar hukum internasional.

Pernyataan pemerintah setebal 163 halaman itu sebagai antisipasi penyelidikan kejahatan perang PBB yang akan rampung bulan depan. Pernyataan itu diterbitkan untuk membela serangan 22 hari ke Gaza dan merupakan tanggapan yang “diperlukan dan sebanding” bagi serangan roket Hamas di Israel.

Sekitar 1.400 warga Palestina, sebagian besar warga sipil ditambah 13 warga Israel, tewas dalam operasi 27 Desember - 18 Januari itu dan Israel acapkali menampik keras tuduhan kejahatan perang oleh beberapa kelompok hak asasi manusia.

Dalam laporannya yang dipublikasikan oleh kementerian luar negeri Israel, negara itu mengatakan perang merupakan jawabannya atas ditembakkannya oleh gerilyawan kelompok Islamis Hamas di Gaza 12.000 roket selama delapan tahun bersama dengan sejumlah pemboman bunuh diri yang menewaskan 1.100 orang di Israel.

Laporan itu menyatakan kembali penegasan Israel bahwa negara itu telah memenuhi hukum internasional dalam perang dan menambahkan negara itu telah “melakukan penyelidikan komprehensif” terhadap 100 pengaduan yang menunggu setelah penyelidikan dari PBB dan kelompok hak asasi manusia.

Tigabelas berkas kejahatan juga telah dibuka, kebanyakan melibatkan tuduhan bahwa tentara Israel telah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia atau melakukan kerusakan properti, laporan itu menambahkan.

Israel sebelumnya mengatakan penyelidikan internal oleh pasukan bersenjatanya tidak menemukan bukti kelakuan tak senonoh yang serius oleh tentaranya dalam perang Gaza.

Israel juga mengakui langsung untuk pertama kalinya dalam laporan itu bahwa militernya telah “menggunakan amunisi yang mengandung zat fosfor putih” di Gaza, tapi membantah bahwa itu melanggar hukum internasional, dengan mengatakan negara itu tidak menembakkan senjata tersebut di daerah berpenduduk.

Sebelumnya Israel mengatakan negara itu telah menyelidiki tuduhan bahwa mereka telah menembakkan senjata dengan zat fosfor, yang menimbulkan luka bakar serius, tanpa secara langsung membantah atau memastikan telah melakukan hal sedemikian itu.

Israel tidak bekerjasama dengan penyelidikan PBB yang dipimpin oleh penuntut kejahatan perang PBB Richard Goldston, menuduh organisasi tersebut berprasangka terhadap negara Yahudi itu.

Namun penyelidikan yang akan selesai Agustus tersebut tampaknya katalis di belakang laporan Israel itu, di samping tuduhan yang dipublikasikan bulan ini oleh 30 veteran Israel yang mengatakan mereka didorong untuk meminimalkan korban mereka sendiri ketimbang menghindari kematian warga sipil di Gaza.

“Ada upaya konstan untuk mempertahankan masalah itu di agenda, kami telah mencapai kesimpulan kami akan mempersiapkan penjelasan lengkap supaya ada pernyataan jelas Israel seperti mengapa kami melakukan apa yang telah kami lakukan dan kenapa,” kata seorang pejabat kementerian Israel. (ANTARA New, 31/7/2009)

»»  read more

Jumat, 31 Juli 2009

Hizbut Tahrir Menuntut Oglu Menghentikan Serangan Terhadap Para Aktivisnya di Turki

Beirut-Hizbut Tahrir di Lebanon pada hari Kamis menuntut Menteri Luar Negeri Turki, Ahmad Dawud Oglu agar menghentikan pihak berwenang di Ankara dari menangkapi para aktivisnya.

Hizbut Tahrir mengumumkan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada kedutaan Turki di Beirut, berupa surat yang ditujukan kepada Dawud Oglu, yang akan tiba di Lebanon hari ini, untuk bertemu dengan sejumlah pemimpin politik. Hizbut Tahrir menuntut penghentian tindakan represif yang berupa serangan penangkapan yang dilancarkan oleh aparat keamanan Turki terhadap para aktivis Hizbut Tahrir di Turki.

Dikatakan bahwa aparat keamanan telah menangkap lebih dari 250 orang aktivis Hizbut Tahrir menyusul seruan Hizbut Tahrir—wilayah Turki untuk menghadiri Konferensi yang diselenggarakan dalam mengenang 88 tahun tragedi runtuhnya Negara Khilafah, yakni Kekhilafahan Utsmani setelah Perang Dunia Pertama.

Hizbut Tahrir yang didirikan di Yordania pada pertengahan abad yang lalu dianggap sebagai organisasi terlarang di sebagian besar negara-negara Arab dan Islam, tetapi telah mendapatkan lisensi di Lebanon.

Menteri Luar Negeri Turki, yang tiba di Beirut pada hari Kamis akan bertemu dengan Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, Perdana Menteri, Saad al-Hariri, dan Menteri Kebudayaan, Bahia Hariri. Dia mengatakan bahwa negaranya telah bekerja keras selama lima tahun untuk pengembangan hubungan antara Lebanon dan Syria, serta mengurangi perbedaan pandangan yang selama ini menghantui antara kedua negara. (alaqsa.org, 30/7/2009)

»»  read more

Followers