Tampilkan postingan dengan label keterampilan menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keterampilan menulis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 September 2009

Menulis, Menyempurnakan Kebangkitan Berfikir

Kebangkitan manusia ditentukan oleh pemikirannya. Pemikiran tentang alam semesta, manusia dan hidup serta hubungannya dengan sesuatu sebelum dan sesudahnya. Pemikiran yang menyeluruh sekaligus mendalam inilah yang akan menghasilkan sebuah ide dasar kehidupan yang disebut ideologi.
Manusia ideologis, tak sekedar hidup tapi menyadiri harus menyebarkan dan memperjuangkan ideologi yang dia yakini. Apapun dilakukan untuk mencapai keberhasilan ideologinya, termasuk menulis. Menulis menjadi bagian perjuangan mereka, banyak pejuang ideologis mampu menuliskan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai artikel atau buku. Mereka mampu membangkitkan ideologi Islam umat sekaligus mewariskan ruh perjuangannya.
Menulis bagi muslim ideologis berarti mengkristalkan pemikiran dan memperluas penyebarannya. Menulis juga berarti meningkatkan penguasaan berbagai realitas dan tsaqofah aktivis dakwah. Meningkatkan kredibilitas dan kapabilitas intelektual penulisnya. Kebangkitan berfikir akan lebih sempurna bila diikuti kebangkitan menulis para pejuang Islam Ideologis.
Sejarah umat Islam dengan berbagai kemajuan dunia tulis-menulisnya menjadi sebuah bukti keunggulan peradaban Islam atas peradaban lainnya. Banyak sejarawan menulis keunggulan itu, baik muslim maupun non muslim. Di era itulah lahir banyak perubahan yang spektakuler dari rahim Islam. Kemajuan di bidang pemikiran, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Karya-karya para Imam Malik, Syafii, Ahmad dan Hanafi, maupun Ibn Rusyd, Ibn Sina, Al-Ghazali, Al-Farabi, Al-Hawarizmi, Al-Kindi, Ibn Khaldun, dan pemikir-pemikir besar Islam lainnya menghiasi perkembangan peradaban yang spektakuler itu.
Pada kala itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan gelap gulita. Dalam kehidupan publik, sejarawan mencatat bahwa ketika London gelap gulita di malam hari dan di Prancis becek di waktu hujan, di Cordoba dan Baghdad jalan-jalannya mulus dan di malam hari terang benderang. Koleksi buku seorang ulama di Baghdad mencapai 400 ribu judul, sementara isi perpustakaan raja Prancis hanya 400 judul buku.
Bagaimana dengan sekarang? kondisi di atas justru terbalik. Di negara-negara Eropa dan Amerika memiliki bangunan-bangunan yang megah, dan perpustakaan-perpustakaan terbaik yang menghimpun buku-buku dari semua negara. Sedangkan di negeri-negeri Islam justru mengharap bisa belajar dari mereka baik ilmu pengetahuan dan teknologi, tak ketinggalan ideologi sekulerismenya pun diyakini. Ini sungguh ironis, satu-satunya umat yang memiliki kitab suci paling sempurna justru meminta orang kafir untuk mengajarinya tentang keimanan dan Islam.
Agar tidak terkecoh dengan kebangkitan yang sekedar materi dan jumlah intelektual sekuler amupun IPTEK saja, maka pemahaman ideologi Islam harus ditanamkan kepada umat. Banyak cara yang bisa ditempuh, salah satunya adalah menulis pemikiran-pemikiran Islam ideologis dan menyebarkan ke semua orang.
Tulisan Islam ideologis yang sistematis mampu menandingi argumentasi intelektual sekuler atau liberal yang bergelar doktor sekalipun. Yakinlah, sudah banyak buktinya, tinggal kita sendiri yang harus terus membaca dan mengkaji berbagai pemikiran terkini.
Bila kita menyadari akan pentingnya menulis dalam menyempurnakan kebangkitan berfikir, sekaligus sebagai serangan yang membunuh setiap pemikiran ideologi lain. Maka, menulislah untuk membangkitkan umat dengan dasar ideologi Islam kita. Tunggu apalagi, ayo menulis yang ideologis.

Arsip artikel sebelumnya di blog APII www.apiideologi.wordpress.com dan Pinterpol www.pinterpol.wordpress.com
»»  read more

Rabu, 19 Agustus 2009

tips saat memulai menulis

1. Mencermati berita dan tentukan topik

Hampir setiap orang tergantung pada berita, apa yang disajikan dalam berita menjadi bahan yang dipikirkan atau yang dikomunikasikan dengan yang lain. Karena kita akan menulis, berarti kita juga “memproses” dan mengkomunikasikan berita terhadap yang lain, maka tulislah topik yang sesuai berita terkini dan paling difahami.

2. Menentukan sudut pandang “angel” tulisan

Banyak topik, namun setiap penulis memiliki sudut pandangan sendiri. Cobalah pilih yang menarik untuk disorot dan dibahas lebih fokus dan mendalam. Ini menjadi ciri tersendiri bagi penulis, selain gaya penulisannya.

3. Menulis kerangka tulisan atau outline

Agar tidak bingung, kemana tulisan kita menuju? maka buatlah kerangka tulisan atau outline (coretan hubungan pokok-pokok pikiran). Semakin jelas kerangka tulisannya, semakin jelas juga tulisan kita.

4. Mulai menulis

Tulislah apa yang sudah kita buat kerangkanya. Silakan tulis judulnya dulu atau menuangkan apa yang ada dalam kerangka dulu, baru setelah selesai diberi judul. Semua terserah kita, yang mana paling cocok bagi kita. Ada yang merasa perlu menulis judulnya dulu, ada juga yang sebaliknya. Pilih judul yang unik sekaligus mewakili isi tulisan kita.
Ingat* jangan terjebak pada kata atau kalimat pertama harus tepat dan sempurna. Tapi tulis saja semua, ada waktunya sendiri untuk menilai dan memperbaiki.

5. Terus menulis

Tidak ada yang paling penting dalam aktivitas menulis, selain terus menulis. Ini selain membuat “saluran” pikiran menuju tulisan semakin besar, juga “arus pemikiran” kita semakin lancar tertuang dalam tulisan. Orang yang menulis, akan mencoba terus mencari apa yang perlu ditambahkan, diperkaya, ditajamkan atau yang lain. Bila, kondisi ini terjadi pada kita, sesungguhnya kita pada kondisi yang paling siap untuk menjadi penulis.

6. Baca dan perbaiki

Kini, saatnya membaca dan memperbaiki apa yang sudah kita hasilkan. Kuncinya “perbaiki” bukan “membunuh” ide kita. Terkadang kita temukan ide atau kalimat kurang cocok, tidak tepat dengan isi tulisan. Bila kalimat tersebut bisa kita gunakan pada topik lain, maka “cut” potonglah dan tempatkan pada halaman baru. Barang kali ke depan kita menemukan tempat yang cocok baginya.
Lanjutkan memperbaiki runtutan argumentasi maupun tata bahasanya, agar mudah difahami pembaca. Ini butuh kejelian, bila ada teman, istri, suami bahkan anak silakan diminta membacanya. Ini seolah tes bagi tulisan kita, mudah difahami atau tidak?. Sekaligus memposisikan dia sebagai ‘editor’ dalam perbaikan tulisan kita. Karena kesalahan sering terjadi yang tidak terlihat mata kita, ternyata ditemukan oleh pembaca. Setelah itu perbaiki dan kirimkan ke media atau di blog pribadi kita.
»»  read more

Pertanyaan-pertanyaan dalam menulis

Bagaimana mengawali kata pertama?
Ini sering terjadi pada siapa saja dalam mengawali penulisan. Seringkali kita justru menghapus setiap kata pertama dituliskan, karena alasan kurang tepat. Karena tidak bisa memulai, maka tidak jadi menuliskan ide atau pikiran kita.
Bila itu terjadi, maka tulis saja yang terpikirkan, jangan langsung dinilai bahwa kata atau kalimat pertama tersebut kurang tepat. Lanjutkan saja, sampai beberapa kalimat atau paragraf. Lebih baik lagi bila kita sudah masuk pada inti tulisan. Setelah itu, menilainya apakah kata atau pertama sesuai dengan isi tulisan atau tidak? Sehingga bila dihapus, tidak sampai menghapus seluruhnya, tapi sekedar menyesuaikan saja dengan isi tulisan.

Inginnya menulis banyak tema, bagaimana memprioritaskan?
Bila ternyata kita mengetahui banyak hal, dan justru bingung mana yang diprioritaskan untuk ditulis?
Maka, cobalah tema yang paling kita kuasai dan sesuai topik kekinian. Pada tema paling dikuasai lah tulisan akan baik dan topik kekinian akan sesuai dengan kebutuhan banyak orang. Ini menentukan kualitas isi tulisan dan kemungkinan dibaca banyak orang.

Bagaimana medapatkan motivasi menulis?
Motivasi, teramat penting dalam menulis. Dari semua motivasi yang ada, jadikan ridho Allah yang utama. Menulis bagi kita adalah aktivitas dakwah yang paling mudah dan paling murah menjadi amal jariyah.
Menulis dibilang sebagai aktivitas dakwah yang menembus batas ruang dan waktu. Karena ilmu yang kita tulis akan dibaca oleh siapa saja dan dimana saja. Sebagaimana karya para ulama yang dibaca dari generasi ke generasi dan di seluruh dunia.

Terkadang bisa menulis terus, justru saat dapat deadline tidak bisa?
Ini sering terjadi pada siapa saja, karena menulis termasuk aktivitas kreatif yang butuh kesiapan pikiran maupun kondisi kita.
Oleh karena itu, perlu memahami diri sendiri yang baik. Kapan kita bisa berfikir dan menuliskannya dan sebaliknya?. Termasuk faktor apa saja yang menjadikan kita produktif dan sebaliknya. Bila kita mampu memahaminya, maka kita bisa mengkondisikannya. Kita akan bisa menulis kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan kita. Oke.

Penulis itu harus melakukan analisa, solusinya harus begini dan begitu.
Ini sering terjadi sebelum menulis. Bisa dibilang kurang PD atau tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencoba menuliskannya.
Sebaiknya tulis saja semua pikiran kita. Bila sudah selesai, coba perbaiki yang mana perlu analisa? Ataupun yang kurang tepat?.
Hanya ada kata “perbaikan” bukan “menvonis” bagi setiap tulisan kita. Maka, kita akan banyak “melahirkan” karya, bukan justru “membunuh” ide dan potensi besar kita.
»»  read more

Minggu, 16 Agustus 2009

Agar Menulis Terasa Mudah

1. Niatkanlah, menulis bagian dari dakwah

Niat, sangatlah penting dalam setiap aktivitas, termasuk menulis. Bila sudah niat, berarti sudah dicatat sebagai amal baik dan insya’Allah akan dimudahkan Allah dalam mewujudkannya. Bukankah bila kita sudah niat, aktivitas yang akan kita lakukan terasa lebih mudah ?. itulah kehebatan niat bagi setiap muslim, maka jangan pernah tinggalkan niat dakwah dalam menulis.

2. Mulailah dari yang sudah kita ketahui dan senangi

Apapun yang kita lakukan, bila dimulai dari yang kita ketahui apalagi yang kita senangi, maka aktivitas tersebut terasa sangat ringan. Begitu juga menulis, akan terasa mudah bila dimulai dari yang kita ketahui, biasa dipikirkan ataupun kita senangi.

3. Tulislah yang mudah dan ringan

Setelah memulai dari yang sudah kita ketahui dan senangi, maka tulislah yang mudah dan ringan saja terlebih dahulu. Cobalah menulis esai atau opini dengan tema yang sudah dikuasai bahkan hapal diluar kepala. Tidak perlu langsung ingin menulis buku ataupun yang lebih rumit.

4. Buatlah kerangka tulisan

Kerangka tulisan ini sangat membantu kita yang sedang memulai atau yang tidak biasa berfikir sistematis. Kerangka ini akan menjadi acuan tulisan, mulai latar belakang, isi dan akhirnya. Namun, bagi anda yang biasa menulis dan berfikir sistematis, kerangka ini terasa sudah ada dalam otak, kita tinggal menuangkannya saja.

5. Jauhkan berfikir aturan penulisan yang ribet dan target terlalu tinggi

Terkadang sebelum menulis, kita membanyangkan bila tulisan itu harus begini, dan begitu. Akhirnya, kita merasa sendiri kalau tidak akan mampu memenuhinya dan pada akhirnya tidak jadi menulis. Ini sering menggagalkan penulis pemula untuk memulai menulis, maka jauhkanlah berfikir tersebut.

6. Sadarilah kita masih belajar

Ini sangat penting, agar kita tidak putus disaat mendapati tulisan kita ternyata masih kurang baik. Bahkan kita akan mengalami kebuntuan dalam penulisan dan terasa teramat sulit. Anggaplah semua itu sebagai tahapan belajar, yang harus kita lalui sebagimana penulis handal manapun telah mengalaminya. Maka dari itu, kita harus terus belajar, belajar dan perbaiki. Insya’Allah, suatu saat tulisan kita akan semakin baik.

7. Cari teman atau komunitas penulis

Ini penting, agar bisa terus berkarya dan mendapatkan berbagai solusi, baik teknik penulisan atau materi-materi yang kita tulis.
»»  read more

Jumat, 31 Juli 2009

Menyulap Komentar Jadi Tulisan

Hampir setiap orang bisa memberikan komentar atas berbagai permasalah dan peristiwa. Bentuknya singkat namun sudah mewakili pemikiran seseorang. Oleh karena itu komentar bisa dijadikan modal awal sebuah tulisan.
Kebiasaan memberi komentar, seharusnya kita tingkatkan menjadi kemampuan menulis. Ini penting, mengingat baru tulisan yang diakui sebagai karya intelektual, baik berupa artikel maupun buku. Jadi fokus kita sekarang adalah ‘menyulap’ komentar menjadi sebuah tulisan.
Tentu, sebuah komentar awalnya tanpa referensi dan data, untuk menyulap menjadi sebuah tulisan kita harus melengkapinya. Cukup mudah bila dalam otak kita sudah ada inventaris dasar pemikiran dan data sebelumnya, kita tinggal mengeluarkan isi otak saja. Bila belum, maka kita akan mencarinya. Misalnya, kita ingin melengkapi referensi komentar tentang sekulerisme, maka cari buku-buku yang membahas sekulerisme. Bila data sekulersime, kita bisa mencari fakta-faktanya di berita koran, majalah, TV atau di internet, yaitu berbagai peristiwa dan aktivitas manusia yang mengabaikan aturan Allah bahkan membuat aturan sendiri. Jumlahnya tak harus banyak dan lengkap, tetapi cukup mewakili referensi dan fakta sekulerisme. Ramu antara referensi dan data dengan pendapat kita agar menjadi satu kesatuan argumentatif.
Bacalah sekali lagi untuk memastikan tulisan kita mudah dipahami pembaca. Mulai susunan kata, kalimat ataupun alur pengungkapan pemikiran kita dalam tulisan. Perbaikilah segera, apa saja yang menurut kita kurang baik. Kini komentar kita sudah jadi tulisan yang dapat diperhitungkan.

Arsip artikel sebelumnya di:
www.apiideologi.wordpress.
com dan www.pinterpol.wordpress.com.
»»  read more

Senin, 27 Juli 2009

Menulis Pesan

Penulis pemula biasanya terjebak pada kata dan tata bahasa. Seperti borgol besi yang menghalangi tangannya untuk memainkan jari-jarinya di atas keyboard, selain banyak alasan yang masih membelenggunya. Saat itulah penulis terjebak dalam kata atau tata bahasa tanpa makna.
Penulis itu merangkai kata untuk mengungkapkan pesan, agar bisa dilihat dan dirasakan oleh pembaca. Pesan itulah yang bisa diterima dan ‘dicerna’ dengan mudah sebagai “pemikiran” oleh pembacanya. Penulis yang handal mampu merangkai kata yang indah dalam menyampaikan pesan tulisannya. Tapi yang perlu diingat, setiap penulis mengawali debutnya sebagai penulis pemula, seperti kita semua. Mereka tidak bisa langsung menjadi ahli menulis tanpa melalui tahapan pemula yang belepotan dengan “tinta-tinta” kesalahan, tapi mereka mampu melewati masa itu, jadilah penulis handal.
Penulis pemula tidak perlu takut pada kata-kata ataupun tata bahasa, justru harus fokus pada pesan yang ingin disampaikan pada pembaca. Semakin sering dia menulis, susunan kata dan tata bahasanya akan otomatis membaik. Seperti dulu saat belajar bicara atau bahasa asing, kita diminta tak takut salah dalam tata bahasa, berbicaralah terus, nanti dengan sendirinya kita faham, mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki. Jadi jangan takut menulis karena kata-kata atau tata bahasa, menulis sajalah, kita akan jadi ahlinya.
Sebagai muslim ideologis dan menguasai berbagai pemikiran, seharusnya mempermudah menuliskan pemikiran-pemikiran kita. Ibarat teko yang penuh, air nya mudah untuk dituangkan ke cangkir. Tak perlu mencari teknik yang aneh-aneh seperti bartender yang membuat banyak orang terpukau, tapi tuangkan saja seperti biasa, pasti kita bisa. Sekali lagi jangan menghiraukan kata-kata atau tata bahasa, tulis saja yang ada di pikiran kita. Ada saatnya nanti untuk memperbaikinya, sekarang tulis saja ide yang berebutan keluar dari otak kita.
Setelah selesai menuliskan semua pemikiran, bacalah kembali dan perbaiki. Setelah itu, mintalah orang lain untuk membacanya, apakah dia bisa memahami pesan yang kita bangun dalam tulisan tersebut?. Bila mudah dicerna, maka anda sudah berhasil. Bila ada ketidakjelasan, cobalah minta tunjukkan yang mana tidak jelas, perbaikilah segera. Kini, kita sudah bisa menuangkan pemikiran-pemikiran kita dalam tulisan yang mudah difahami pesannya. Ayo terus menulis, pantang putus asah.

*arsip tips dan artikel sebelumnya di
www.apiideologi.wordpress.
com dan www.pinterpol.wordpress.com
»»  read more

Followers