Tampilkan postingan dengan label kiat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kiat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Desember 2009

Kiat Praktis Menghafal Al-Quran

Diantara keistimewaan Al Qur’an adalah merupakan kitab suci yang mudah untuk dihafal, diingat, disimpan dalam hati dan dipahami.

“ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al.Qamar : 17)

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”(Q.S. Al Hijr : 9)

Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al Qur’an ini dengan ungkapan yang tegas. Diantara perangkat untuk memeliharanya adalah menyiapkan orang yang menghafalnya pada setiap generasi. Ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang menghafal Al Qur’an dan Mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum menginjak usia baligh. Tidak masalah meski mereka belum memahaminya namun mereka dapat menyimpannya dalam hati untuk kemudian bisa memahaminya setelah dewasa.

Berikut Kiat-kiat praktis untuk Menghafal Al-Qur’an ;

1. Mengikhlaskan Niat
2. Azam (tekad) yang kuat
3. Sabar dan Teguh
4. Mengetahui keutamaan Penghafal Qur’an untuk meningkatkan motivasi dan konsistensi.

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha mensyukuri”

“ Orang yang membaca Al-Qur’an dan pandai dalam membacanya, ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca Al-Qur’an dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit-ia mendapat dua pahala” ( HR Muslim).

5. Memilih Waktu yang tepat ( Waktu Ashar, setelah Maghrib, setelah Subuh).
6. Menghafal melalui Orang yang Mahir dan hafizh.
7. Membenarkan Ayat-ayat kemudian mengkaitkannya satu dengan lainnya.
8. Membaca kitab Tafsir.
9. Konsisten dengan satu Mushaf.
10. Mempelajari Ilmu yang mendukung ( bahasa Arab ).
11. Dipakai dalam bacaan sholat.
(dari berbagai sumber)
»»  read more

Sabtu, 17 Oktober 2009

cara untuk menyambung kembali tali silaturahmi yang terputus

Islam sangat melarang untuk memutus tali silaturahmi antar sesama muslim, Allah berfirman: “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi” (TQS.an-Nisa: 1)
Rasulullah pernah bersabda,”Tidak ada satu kebaikanpun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak ada satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi.”

Namun permasalahan antara sesama insan bisa saja terjadi yang berujung pada pertengkaran. Tetapi Islam Rahmatan lil ‘Alamin, yang dapat menyelesaikan beragam permasalahan manusia, sehingga harus tetap MENYELESAIKAN PERMASALAHAN DENGAN CARA YANG BAIK DAN BIJAK, kalo perlu pake Mediasi (Pihak lain yang membantu Menyelesaikan masalah) dan sebaiknya si mediator orang yang faham dengan agama dan memiliki karakter lembut tapi tegas & tutur kata yang enak didengar.

Ada beberapa cara untuk menyambung kembali tali silaturahmi yang terputus, silakan pilih salah satu cara dibawah ini yang sesuai dengan SIKON dinda:

1. Keberanian untuk meminta maaf atau mendatangi untuk menyambung tali silaturahmi. Tingkat keberanian tergantung seberapa besar takutnya kita kepada Allah SWT.
Dari Abdullah bin Abi Aufa r.a. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Dan dalam waktu yang tidak lama, ia kemudian duduk kembali.
Rasulullah bertanya kepadanya,”Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, “Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu dating, tidak seperti biasanya kamu dating kemari.” Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).
Lalu Rasulullah bersabda, “Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi.”

2. Mengawali komunikasi baik dengan salam, senyum atau memberikan hadiah dan menghilangkan egoisme dalam diri untuk menyambung kembali tali silaturahmi.
Ibnu Abidin al-Hanafi mengatakan;”Menyambung silaturahmi wajib meskipun hanya dengan mengucapkan salam, memberi hadiah, memberi pertolongan, duduk bareng, ngobrol, bersikap ramah dan berbuat baik. Kalau seseorang yang hendak disilaturahmi berada di lain tempat cukup dengan berkirim surat, namun lebih afdol kalau ia bisa berkunjung ke tempat tinggalnya”.

3. Bersegera membuka pintu maaf apabila saudara dinda itu meminta maaf duluan walaupun itu dalam bentuk sinyal (tidak langsung).
Rasulullah pernah berkata pada sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq r.a bahwa tiga perkara berikut ini benar adanya. Pertama, barangsiapa yang dizalimi kemudian ia memaafkan, maka kemuliannya akan bertambah. Kedua, barangsiapa yang meminta-minta untuk meningkatkan hartanya, maka, hartanya akan berkurang. Ketiga, barangsiapa yang membuka pintu pemberian dan silaturahmi, maka hartanya kan bertambah.

4. Hindarilah rasa malu dalam menyambung tali silaturahmi. Jaim memang perlu tapi jangan kelewatan nanti malah jahannam yang didapat, maksudnya kalo karena jaim kita tetap bermusuhan dengan sesama muslim sampe akhirnya kita mati…, Nah lho!. Tapi kalo masih malu juga maka pakailah Perantara untuk awal komunikasi.

5. Kalo semua cara diatas tidak berhasil pake cara kasar…he.he.he… Maksudnya dengan cara ‘Berbohong’ dalam mendamaikan permusuhan dan ini sebaiknya kalo pake Mediasi atau Perantara, Islam membolehkan berbohong hanya dalam tiga hal, yaitu pada saat dalam berperang, mendamaikan permusuhan diantara manusia, dan dalam perkataan suami terhadap istrinya.
Hal ini terungkap dari hadits: “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah saw memberikan keringanan pada perkataan manusia kecuali dalam tiga perkara, yaitu pada saat perang, pada saat mendamaikan permusuhan di antara manusia dan dalam perkataan suami terhadap istrinya, serta perkataan istri terhadap suaminya.” (HR. Muslim).
»»  read more

Rabu, 09 September 2009

Matikan Lampu Saat Tidur Meningkatkan Kesehatan Tubuh

Malam yang gelap diam-diam berkolaborasi dengan tubuh.Hanya dalam keadaan yang benar-benar gelap tubuh menghasilkan Melantonin, salah satu hormon dalam sistem kekebalan yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit termasuk kanker payudara dan kanker prostat. di malam Hari – sekecil apapun sinarnya menyebabkan Produksi hormon melantonin terhenti.

selain menghemat energi, dengan mematikan lampu ketika tidur merupakan cara alami untuk meningkatkan kesehatan tubuh

Biolog Joan Roberts menemukan rahasia ini setelah melakukan percobaan pada hewan. Ketika hewan diberi cahaya buatan pada malam Hari, melantoninnya menurun dan sistem kekebalan tubuhnya melemah. Rupanya, cahaya Lampu – seperti juga TV – menyebabkan hormon menjadi sangat lelah. Oleh Karena itu, selain menghemat energi, dengan mematikan lampu ketika tidur merupakan cara alami untuk meningkatkan kesehatan tubuh.

Jenis-jenis gangguan tidur yang dapat dialami oleh siapa saja antara lain adalah:

  • Jet-lag. Adanya perubahan waktu antara siang dan malam yang mendadak akibat perjalanan dengan pesawat terbang. Ini bisa mengganggu irama sirkadian tubuh manusia.
  • Kafein, nikotin, alkohol. Kafein nikotin yang terlampau banyak dapat menimbulkan kesulitan untuk tidur. Kondisi ini sering dialami oleh peminum kopi, perokok, dan pencandu alkohol.
  • Faktor lingkungan. Dentuman suara musik yang keras, suara pabrik yang berisik, tidur dengan lampu yang menyala terang, akan menyebabkan tidur seseorang menjadi terganggu.


Sementara itu, penyebab gangguan tidur pada perempuan adalah:

  • Stres psikis. Ada anggota keluarga yang meninggal dunia, menghadapi ujian, kecelakaan lalu lintas, putus cinta. Secara statistik, 34% kaum perempuan sering mengalami hal ini dibanding 22% pada laki-laki. Kemungkinan karena perempuan lebih sensitif.
  • Gangguan mitra tidur. Kurang lebih 17% perempuan mengeluh sulit tidur karena mitra tidurnya memiliki kebiasaan mendengkur dan hanya 5% laki-laki mengeluhkan penyebab serupa.
  • Pekerja malam, perawat rumah sakit, penjaga malam, buruh pabrik. Mereka yang bekerja pada malam Hari ternyata lebih sering mengalami gangguan tidur. Para perempuan pekerja malam ini lebih sering pula mengalami gangguan siklus haid, dan sukar untuk hamil.
  • Terkait dengan haid. Hormon progesteron bersifat menimbulkan rasa tenang dan rasa kantuk. Hormon progesteron akan meningkat pada masa ovulasi, yaitu kurang lebih pada Hari 12-14 dari siklus haid. Beberapa perempuan akan mengalami rasa lemas dan rasa kantuk yang berlebihan. Gangguan tidur mulai terjadi ketika hormon progesteron ini mulai menurun, yaitu beberapa Hari menjelang datangnya haid (Hari 22-28 dari siklus haid). Perempuan akan lebih sering terbangun, tidur kurang nyenyak, atau terbangun dengan perasaan yang tidak segar.
  • Terkait dengan hamil. Pada masa hamil juga terjadi perubahan-perubahan yang dapat mengganggu tidur. Pada kehamilan 1-3 bulan, hormon progesteron mulai meningkat, menimbulkan rasa kantuk pada beberapa perempuan. Rahim yang membesar mulai mendesak kandung kemih, sehingga perempuan hamil sering terbangun beberapa kali untuk berkemih. Pada kehamilan 4-6 bulan, hormon progesteron mulai stabil. Rahim sudah tidak lagi mendesak kandung kemih. Perempuan hamil akan merasakan masa-masa tidur yang paling nikmat. Hampir tidak Ada gangguan tidur pada usia kehamilan ini. Pada kehamilan 7-9 bulan, mulai terjadi gangguan tidur. Adanya rasa panas di daerah dada, rasa gerah, hidung yang tersumbat, kram pada tungkai bawah, lebih sering berkemih akan mengganggu kualitas dan kuantitas tidur perempuan hamil. Sekitar 97% perempuan akan lebih sering terbangun tengah malam dan sukar untuk tidur kembali. 30% perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidur dengan mendengkur.
  • Masa menopause. Produksi hormon estrogen mulai menurun, membuat 30%-40% perempuan lebih sering terbangun di tengah malam karena keringat yang banyak, rasa jantung berdebar, atau timbul keluhan rasa panas di dada dan kepala.


Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur antara lain adalah:

1. Hindari makanan berkadar gula tinggi (madu, sirop), mengandung kafein (kopi, cokelat, the), rokok, atau alkohol, menjelang waktu tidur.

2. Tidur dan bangun pada waktu yang teratur setiap Hari.

3. Gunakan tempat tidur hanya untuk hubungan intim dan tidur. Tidak untuk kegiatan lain seperti belajar, bekerja, membaca, senam, dan sebagainya.

4. Olahraga yang teratur akan membuat tidur menjadi lebih nyenyak dan nyaman. Demikian pula bagi perempuan hamil, olahraga dapat mengurangi kejadian kram di tungkai bawah.

5. Biasakan tidur dalam suasana gelap tanpa lampu menyala.

6. Shalat/Berdoa.

7. Jangan gunakan obat tidur karena dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan ingatan, kurang waspada, sering ngompol dan sakit kepala.

8. Konsultasi ke dokter, mungkin dokter perlu memberikan nasihat atau obat-obat tertentu seperti melatonin, hormon estrogen, dan sebagainya. (aa/kubera)

»»  read more

Rabu, 19 Agustus 2009

tips saat memulai menulis

1. Mencermati berita dan tentukan topik

Hampir setiap orang tergantung pada berita, apa yang disajikan dalam berita menjadi bahan yang dipikirkan atau yang dikomunikasikan dengan yang lain. Karena kita akan menulis, berarti kita juga “memproses” dan mengkomunikasikan berita terhadap yang lain, maka tulislah topik yang sesuai berita terkini dan paling difahami.

2. Menentukan sudut pandang “angel” tulisan

Banyak topik, namun setiap penulis memiliki sudut pandangan sendiri. Cobalah pilih yang menarik untuk disorot dan dibahas lebih fokus dan mendalam. Ini menjadi ciri tersendiri bagi penulis, selain gaya penulisannya.

3. Menulis kerangka tulisan atau outline

Agar tidak bingung, kemana tulisan kita menuju? maka buatlah kerangka tulisan atau outline (coretan hubungan pokok-pokok pikiran). Semakin jelas kerangka tulisannya, semakin jelas juga tulisan kita.

4. Mulai menulis

Tulislah apa yang sudah kita buat kerangkanya. Silakan tulis judulnya dulu atau menuangkan apa yang ada dalam kerangka dulu, baru setelah selesai diberi judul. Semua terserah kita, yang mana paling cocok bagi kita. Ada yang merasa perlu menulis judulnya dulu, ada juga yang sebaliknya. Pilih judul yang unik sekaligus mewakili isi tulisan kita.
Ingat* jangan terjebak pada kata atau kalimat pertama harus tepat dan sempurna. Tapi tulis saja semua, ada waktunya sendiri untuk menilai dan memperbaiki.

5. Terus menulis

Tidak ada yang paling penting dalam aktivitas menulis, selain terus menulis. Ini selain membuat “saluran” pikiran menuju tulisan semakin besar, juga “arus pemikiran” kita semakin lancar tertuang dalam tulisan. Orang yang menulis, akan mencoba terus mencari apa yang perlu ditambahkan, diperkaya, ditajamkan atau yang lain. Bila, kondisi ini terjadi pada kita, sesungguhnya kita pada kondisi yang paling siap untuk menjadi penulis.

6. Baca dan perbaiki

Kini, saatnya membaca dan memperbaiki apa yang sudah kita hasilkan. Kuncinya “perbaiki” bukan “membunuh” ide kita. Terkadang kita temukan ide atau kalimat kurang cocok, tidak tepat dengan isi tulisan. Bila kalimat tersebut bisa kita gunakan pada topik lain, maka “cut” potonglah dan tempatkan pada halaman baru. Barang kali ke depan kita menemukan tempat yang cocok baginya.
Lanjutkan memperbaiki runtutan argumentasi maupun tata bahasanya, agar mudah difahami pembaca. Ini butuh kejelian, bila ada teman, istri, suami bahkan anak silakan diminta membacanya. Ini seolah tes bagi tulisan kita, mudah difahami atau tidak?. Sekaligus memposisikan dia sebagai ‘editor’ dalam perbaikan tulisan kita. Karena kesalahan sering terjadi yang tidak terlihat mata kita, ternyata ditemukan oleh pembaca. Setelah itu perbaiki dan kirimkan ke media atau di blog pribadi kita.
»»  read more

Pertanyaan-pertanyaan dalam menulis

Bagaimana mengawali kata pertama?
Ini sering terjadi pada siapa saja dalam mengawali penulisan. Seringkali kita justru menghapus setiap kata pertama dituliskan, karena alasan kurang tepat. Karena tidak bisa memulai, maka tidak jadi menuliskan ide atau pikiran kita.
Bila itu terjadi, maka tulis saja yang terpikirkan, jangan langsung dinilai bahwa kata atau kalimat pertama tersebut kurang tepat. Lanjutkan saja, sampai beberapa kalimat atau paragraf. Lebih baik lagi bila kita sudah masuk pada inti tulisan. Setelah itu, menilainya apakah kata atau pertama sesuai dengan isi tulisan atau tidak? Sehingga bila dihapus, tidak sampai menghapus seluruhnya, tapi sekedar menyesuaikan saja dengan isi tulisan.

Inginnya menulis banyak tema, bagaimana memprioritaskan?
Bila ternyata kita mengetahui banyak hal, dan justru bingung mana yang diprioritaskan untuk ditulis?
Maka, cobalah tema yang paling kita kuasai dan sesuai topik kekinian. Pada tema paling dikuasai lah tulisan akan baik dan topik kekinian akan sesuai dengan kebutuhan banyak orang. Ini menentukan kualitas isi tulisan dan kemungkinan dibaca banyak orang.

Bagaimana medapatkan motivasi menulis?
Motivasi, teramat penting dalam menulis. Dari semua motivasi yang ada, jadikan ridho Allah yang utama. Menulis bagi kita adalah aktivitas dakwah yang paling mudah dan paling murah menjadi amal jariyah.
Menulis dibilang sebagai aktivitas dakwah yang menembus batas ruang dan waktu. Karena ilmu yang kita tulis akan dibaca oleh siapa saja dan dimana saja. Sebagaimana karya para ulama yang dibaca dari generasi ke generasi dan di seluruh dunia.

Terkadang bisa menulis terus, justru saat dapat deadline tidak bisa?
Ini sering terjadi pada siapa saja, karena menulis termasuk aktivitas kreatif yang butuh kesiapan pikiran maupun kondisi kita.
Oleh karena itu, perlu memahami diri sendiri yang baik. Kapan kita bisa berfikir dan menuliskannya dan sebaliknya?. Termasuk faktor apa saja yang menjadikan kita produktif dan sebaliknya. Bila kita mampu memahaminya, maka kita bisa mengkondisikannya. Kita akan bisa menulis kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan kita. Oke.

Penulis itu harus melakukan analisa, solusinya harus begini dan begitu.
Ini sering terjadi sebelum menulis. Bisa dibilang kurang PD atau tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencoba menuliskannya.
Sebaiknya tulis saja semua pikiran kita. Bila sudah selesai, coba perbaiki yang mana perlu analisa? Ataupun yang kurang tepat?.
Hanya ada kata “perbaikan” bukan “menvonis” bagi setiap tulisan kita. Maka, kita akan banyak “melahirkan” karya, bukan justru “membunuh” ide dan potensi besar kita.
»»  read more

Minggu, 16 Agustus 2009

Agar Menulis Terasa Mudah

1. Niatkanlah, menulis bagian dari dakwah

Niat, sangatlah penting dalam setiap aktivitas, termasuk menulis. Bila sudah niat, berarti sudah dicatat sebagai amal baik dan insya’Allah akan dimudahkan Allah dalam mewujudkannya. Bukankah bila kita sudah niat, aktivitas yang akan kita lakukan terasa lebih mudah ?. itulah kehebatan niat bagi setiap muslim, maka jangan pernah tinggalkan niat dakwah dalam menulis.

2. Mulailah dari yang sudah kita ketahui dan senangi

Apapun yang kita lakukan, bila dimulai dari yang kita ketahui apalagi yang kita senangi, maka aktivitas tersebut terasa sangat ringan. Begitu juga menulis, akan terasa mudah bila dimulai dari yang kita ketahui, biasa dipikirkan ataupun kita senangi.

3. Tulislah yang mudah dan ringan

Setelah memulai dari yang sudah kita ketahui dan senangi, maka tulislah yang mudah dan ringan saja terlebih dahulu. Cobalah menulis esai atau opini dengan tema yang sudah dikuasai bahkan hapal diluar kepala. Tidak perlu langsung ingin menulis buku ataupun yang lebih rumit.

4. Buatlah kerangka tulisan

Kerangka tulisan ini sangat membantu kita yang sedang memulai atau yang tidak biasa berfikir sistematis. Kerangka ini akan menjadi acuan tulisan, mulai latar belakang, isi dan akhirnya. Namun, bagi anda yang biasa menulis dan berfikir sistematis, kerangka ini terasa sudah ada dalam otak, kita tinggal menuangkannya saja.

5. Jauhkan berfikir aturan penulisan yang ribet dan target terlalu tinggi

Terkadang sebelum menulis, kita membanyangkan bila tulisan itu harus begini, dan begitu. Akhirnya, kita merasa sendiri kalau tidak akan mampu memenuhinya dan pada akhirnya tidak jadi menulis. Ini sering menggagalkan penulis pemula untuk memulai menulis, maka jauhkanlah berfikir tersebut.

6. Sadarilah kita masih belajar

Ini sangat penting, agar kita tidak putus disaat mendapati tulisan kita ternyata masih kurang baik. Bahkan kita akan mengalami kebuntuan dalam penulisan dan terasa teramat sulit. Anggaplah semua itu sebagai tahapan belajar, yang harus kita lalui sebagimana penulis handal manapun telah mengalaminya. Maka dari itu, kita harus terus belajar, belajar dan perbaiki. Insya’Allah, suatu saat tulisan kita akan semakin baik.

7. Cari teman atau komunitas penulis

Ini penting, agar bisa terus berkarya dan mendapatkan berbagai solusi, baik teknik penulisan atau materi-materi yang kita tulis.
»»  read more

Sabtu, 08 Agustus 2009

Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Tamu agung itu sebentar lagi akan tiba, sudah siapkah kita untuk menyambutnya? Bisa jadi inilah Ramadhan terakhir kita sebelum menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Betapa banyak orang-orang yang pada tahun kemarin masih berpuasa bersama kita, melakukan shalat tarawih dan idul fitri di samping kita, namun ternyata sudah mendahului kita dan sekarang mereka telah berbaring di ‘peristirahatan umum’ ditemani hewan-hewan tanah. Kapankah datang giliran kita?


Dalam dua buah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kondisi dua golongan yang saling bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan melewati bulan Ramadhan:

Golongan pertama digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Golongan kedua digambarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش

“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah), al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani berkata: “Hasan Shahih.”

Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung dengan usaha kita dan taufik dari Allah ta’ala.

Bulan Ramadhan merupakan momentum agung dari ladang-ladang yang sarat dengan keistimewaan, satu masa yang menjadi media kompetisi bagi para pelaku kebaikan dan orang-orang mulia.

Oleh sebab itu, para ulama telah menggariskan beberapa kiat dalam menyongsong musim-musim limpahan kebaikan semacam ini, supaya kita turut merasakan nikmatnya bulan suci ini. Di antara kiat-kiat tersebut (Agar Ramadhan Kita Bermakna Indah, nasihat yang disampaikan oleh Syaikh kami Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili pada malam Jum’at 27 Sya’ban 1423 H di Masjid Dzun Nurain Madinah. Plus penjelasan-penjelasan lain dari penyusun):

Kiat Pertama: Bertawakal kepada Allah Ta’ala

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah, seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan dan taufik dari Allah ta’ala. Cara meraih itu semua adalah dengan bertawakal kepada-Nya.”

Oleh karena itu, salah satu teladan dari ulama salaf -sebagaimana yang dikisahkan Mu’alla bin al-Fadhl- bahwa mereka berdoa kepada Allah dan memohon pada-Nya sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba agar dapat menjumpai bulan mulia ini dan memudahkan mereka untuk beribadah di dalamnya. Sikap ini merupakan salah satu perwujudan tawakal kepada Allah.

Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa seseorang yang ingin melakukan suatu amalan, dia berkepentingan dengan beberapa hal yang bersangkutan dengan sebelum beramal, ketika beramal dan setelah beramal:

a. Adapun perkara yang dibutuhkan sebelum beramal adalah menunjukkan sikap tawakal kepada Allah dan semata-mata berharap kepada-Nya agar menolong dan meluruskan amalannya. Ibnul Qayyim memaparkan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa salah satu indikasi taufik Allah kepada hamba-Nya adalah pertolongan-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya, salah satu ciri kenistaan seorang hamba adalah kebergantungannya kepada kemampuan diri sendiri.

Menghadirkan rasa tawakal kepada Allah adalah merupakan suatu hal yang paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah semacam ini; untuk menumbuhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mampu menunaikan ibadah dengan sempurna, melainkan semata dengan taufik dari Allah. Selanjutnya kita juga harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita dalam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik Allah dalam menjalani bulan Ramadhan.

Kita amat perlu untuk senantiasa memohon pertolongan Allah ketika akan beramal karena kita adalah manusia yang disifati oleh Allah ta’ala sebagai makhluk yang lemah:

وخلق الإنسان ضعيفا

“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

Jika kita bertawakal kepada Allah dan memohon kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi taufik-Nya pada kita.

b. Di saat mengerjakan amalan ibadah, poin yang perlu diperhatikan seorang hamba adalah: ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang merupakan dua syarat diterimanya suatu amalan di sisi Allah. Banyak ayat dan hadits yang menegaskan hal ini. Di antaranya: Firman Allah ta’ala,

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan itu akan tertolak.” (HR. Muslim)

c. Usai beramal, seorang hamba membutuhkan untuk memperbanyak istigfar atas kurang sempurnanya ia dalam beramal, dan juga butuh untuk memperbanyak hamdalah (pujian) kepada Allah Yang telah memberinya taufik sehingga bisa beramal. Apabila seorang hamba bisa mengombinasikan antara hamdalah dan istigfar, maka dengan izin Allah ta’ala, amalan tersebut akan diterima oleh-Nya.

Hal ini perlu diperhatikan betul-betul, karena setan senantiasa mengintai manusia sampai detik akhir setelah selesai amal sekalipun! Makhluk ini mulai menghias-hiasi amalannya sambil membisikkan, “Hai fulan, kau telah berbuat begini dan begitu… Kau telah berpuasa Ramadhan… Kau telah shalat malam di bulan suci… Kau telah menunaikan amalan ini dan itu dengan sempurna…” Dan terus menghias-hiasinya terhadap seluruh amalan yang telah dilakukan sehingga tumbuhlah rasa ‘ujub (sombong dan takjub kepada diri sendiri) yang menghantarkannya ke dalam lembah kehinaan. Juga akan berakibat terkikisnya rasa rendah diri dan rasa tunduk kepada Allah ta’ala.

Seharusnya kita tidak terjebak dalam perangkap ‘ujub; pasalnya, orang yang merasa silau dengan dirinya sendiri (bisa begini dan begitu) serta silau dengan amalannya berarti dia telah menunjukkan kenistaan, kehinaan dan kekurangan diri serta amalannya.

Hati-hati dengan tipu daya setan yang telah bersumpah:

فبما أغويتني لأقعدن لهم صراطك المستقيم. ثم لآتينهم من بين أيديهم ومن خلفهم وعن أيمانهم وعن شمائلهم

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (para manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Kiat Kedua: Bertaubat Sebelum Ramadhan Tiba

Banyak sekali dalil yang memerintahkan seorang hamba untuk bertaubat, di antaranya: firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At Tahrim: 8)

Kita diperintahkan untuk senantiasa bertaubat, karena tidak ada seorang pun di antara kita yang terbebas dari dosa-dosa. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

كل بنى آدم خطاء وخير الخطائين التوابون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan isnadnya oleh Syaikh Salim Al Hilal)

Dosa hanya akan mengasingkan seorang hamba dari taufik Allah, sehingga dia tidak kuasa untuk beramal saleh, ini semua hanya merupakan sebagian kecil dari segudang dampak buruk dosa dan maksiat (lihat Dampak-Dampak dari Maksiat dalam kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ karya Ibnul Qayyim, dan Adz-Dzunub Wa Qubhu Aatsaariha ‘Ala Al-Afrad Wa Asy-Syu’ub karya Muhammad bin Ahmad Sayyid Ahmad hal: 42-48). Apabila ternyata hamba mau bertaubat kepada Allah ta’ala, maka prahara itu akan sirna dan Allah akan menganugerahi taufik kepadanya kembali.

Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya hakikatnya adalah: bertaubat kepada Allah dari seluruh jenis dosa. Imam Nawawi menjabarkan: Taubat yang sempurna adalah taubat yang memenuhi empat syarat:

1. Meninggalkan maksiat.
2. Menyesali kemaksiatan yang telah ia perbuat.
3. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi maksiat itu selama-lamanya.
4. Seandainya maksiat itu berkaitan dengan hak orang lain, maka dia harus mengembalikan hak itu kepadanya, atau memohon maaf darinya (Lihat: Riyaadhush Shaalihiin, karya Imam an-Nawawi hal: 37-38)

Ada suatu kesalahan yang harus diwaspadai: sebagian orang terkadang betul-betul ingin bertaubat dan bertekad bulat untuk tidak berbuat maksiat, namun hanya di bulan Ramadhan saja, setelah bulan suci ini berlalu dia kembali berbuat maksiat. Sebagaimana taubatnya para artis yang ramai-ramai berjilbab di bulan Ramadhan, namun setelah itu kembali ‘pamer aurat’ sehabis idul fitri.

Ini merupakan suatu bentuk kejahilan. Seharusnya, tekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berlepas diri dari maksiat, harus tetap menyala baik di dalam Ramadhan maupun di bulan-bulan sesudahnya.

Kiat Ketiga: Membentengi Puasa Kita dari Faktor-Faktor yang Mengurangi Keutuhan Pahalanya

Sisi lain yang harus mendapatkan porsi perhatian spesial, bagaimana kita berusaha membentengi puasa kita dari faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya. Seperti menggunjing dan berdusta. Dua penyakit ini berkategori bahaya tinggi, dan sedikit sekali orang yang selamat dari ancamannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatannya, maka niscaya Allah tidak akan membutuhkan penahanan dirinya dari makanan dan minuman (tidak membutuhkan puasanya).” (HR. Bukhari)

Jabir bin Abdullah menyampaikan petuahnya:

إذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن الكذب والمحارم ودع أذى الجار, وليكن عليك وقار وسكينة يوم صومك, ولا تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء

“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram dan janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama.” (Lathaa’if al-Ma’arif, karya Ibnu Rajab al-Hambali, hal: 292)

Orang yang menahan lisannya dari ghibah dan matanya dari memandang hal-hal yang haram ketika berpuasa Ramadhan tanpa mengiringinya dengan amalan-amalan sunnah, lebih baik daripada orang yang berpuasa plus menghidupkan amalan-amalan sunnah, namun dia tidak berhenti dari dua budaya buruk tadi! Inilah realita mayoritas masyarakat; ketaatan yang bercampur dengan kemaksiatan.

Umar bin Abdul ‘Aziz pernah ditanya tentang arti takwa, “Takwa adalah menjalankan kewajiban dan meninggalkan perbuatan haram”, jawab beliau. Para ulama menegaskan, “Inilah ketakwaan yang sejati. Adapun mencampur adukkan antara ketaatan dan kemaksiatan, maka ini tidak masuk dalam bingkai takwa, meski dibarengi dengan amalan-amalan sunnah.”

Oleh sebab itu para ulama merasa heran terhadap sosok yang menahan diri (berpuasa) dari hal-hal yang mubah, tapi masih tetap gemar terhadap dosa. Ibnu Rajab al-Hambali bertutur, “Kewajiban orang yang berpuasa adalah menahan diri dari hal-hal mubah dan hal-hal yang terlarang. Mengekang diri dari makanan, minuman dan jima’ (hubungan suami istri), ini sebenarnya hanya sekedar menahan diri dari hal-hal mubah yang diperbolehkan. Sementara itu ada hal-hal terlarang yang tidak boleh kita langgar baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya. Di bulan suci ini tentunya larangan tersebut menjadi lebih tegas. Maka sungguh sangat mengherankan kondisi orang yang berpuasa (menahan diri) dari hal-hal yang pada dasarnya diperbolehkan seperti makan dan minum, kemudian dia tidak berpuasa (menahan diri) dan tidak berpaling dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan di sepanjang zaman seperti ghibah, mengadu domba, mencaci, mencela, mengumpat dan lain-lain. Semua ini merontokkan ganjaran puasa.”
»»  read more

Rabu, 29 Juli 2009

Kiat Membuang Pikiran Kotor

Cara untuk menghilangkan pikiran kotor dapat dilakukan dengan beberapa hal
berikut:

Pertama,
Menjauhi segala sebab yang dapat menimbulkan hal tersebut seperti menonton film, membaca cerita porno atau berita tentang terjadinya pemerkosaan, begitu juga melihat gambar porno, serta menjaga pandangan dari melihat wanita (apa lagi di negeri kita porno aksi sebagai santapan yang biasa dinikmati), semoga Allah melindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia.

Kedua,
Mengambil pelajaran dari kisah para nabi atau orang sholeh yang mampu menjaga diri ketika dihadapkan kepada fitnah wanita, seperti kisah nabi Yusuf ‘alaihissalam, betapa beliau saat digoda oleh wanita yang bangsawan lagi cantik, tapi hal itu tidak mampu menebus tembok keimanan beliau, bahkan beliau memilih untuk ditahan dari pada terjerumus ke dalam maksiat.

Ketiga,
Ingat akan besarnya pahala diri di sisi Allah yang dijanjikan bagi orang yang mampu menjaga kehormatan diri sebagaimana yang disebutkan dalam hadits tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah disebutkan di antaranya adalah seorang pemuda yang diajak untuk melakukan zina oleh seorang wanita cantik lagi bangsawan, anak muda itu menjawab: “Aku takut pada Allah”. Di samping mengingat tentang balasan yang akan diterimanya dalam surga yaitu bidadari yang senyumnya berkilau bagaikan cahaya, silakan baca bagaimana kecantikan bidadari yang diceritakan Allah dalam Al Quran.

Keempat,
Ingat betapa besarnya azab yang akan diterima bagi orang yang melakukan zina silakan baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengharamkan zina, seperti yang disebutkan dalam hadits bawa para pezina akan diazab dalam gerbong yang berbentuk kerucut, yang arah kuncupnya ke atas di bawahnya dinyalakan api bergelora dan membara, mereka melayang-layang dalam gerbong yang berbentuk kerucut tersebut karena disembur api dari bawah, tapi tidak bisa keluar karena lobang atas gerbong itu sangat kecil. Mereka berteriak dan memekik sekuat-kuatnya, sehingga pekik satu sama lainnya pun menyiksa. Semoga Allah menjauhkan kita dari api neraka.

Kelima,
Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, jangan banyak menyendiri dan berkhayal. Di samping selalu berdoa kepada Allah supaya dihindarkan dari berbagai maksiat.

Keenam,
Bila memiliki kemampuan untuk berkeluarga ini adalah jalan yang paling terbaik yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bila tidak mampu maka usahakan berpuasa Senin Kamis, wallahu a’lam.

»»  read more

Senin, 27 Juli 2009

Menulis Pesan

Penulis pemula biasanya terjebak pada kata dan tata bahasa. Seperti borgol besi yang menghalangi tangannya untuk memainkan jari-jarinya di atas keyboard, selain banyak alasan yang masih membelenggunya. Saat itulah penulis terjebak dalam kata atau tata bahasa tanpa makna.
Penulis itu merangkai kata untuk mengungkapkan pesan, agar bisa dilihat dan dirasakan oleh pembaca. Pesan itulah yang bisa diterima dan ‘dicerna’ dengan mudah sebagai “pemikiran” oleh pembacanya. Penulis yang handal mampu merangkai kata yang indah dalam menyampaikan pesan tulisannya. Tapi yang perlu diingat, setiap penulis mengawali debutnya sebagai penulis pemula, seperti kita semua. Mereka tidak bisa langsung menjadi ahli menulis tanpa melalui tahapan pemula yang belepotan dengan “tinta-tinta” kesalahan, tapi mereka mampu melewati masa itu, jadilah penulis handal.
Penulis pemula tidak perlu takut pada kata-kata ataupun tata bahasa, justru harus fokus pada pesan yang ingin disampaikan pada pembaca. Semakin sering dia menulis, susunan kata dan tata bahasanya akan otomatis membaik. Seperti dulu saat belajar bicara atau bahasa asing, kita diminta tak takut salah dalam tata bahasa, berbicaralah terus, nanti dengan sendirinya kita faham, mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki. Jadi jangan takut menulis karena kata-kata atau tata bahasa, menulis sajalah, kita akan jadi ahlinya.
Sebagai muslim ideologis dan menguasai berbagai pemikiran, seharusnya mempermudah menuliskan pemikiran-pemikiran kita. Ibarat teko yang penuh, air nya mudah untuk dituangkan ke cangkir. Tak perlu mencari teknik yang aneh-aneh seperti bartender yang membuat banyak orang terpukau, tapi tuangkan saja seperti biasa, pasti kita bisa. Sekali lagi jangan menghiraukan kata-kata atau tata bahasa, tulis saja yang ada di pikiran kita. Ada saatnya nanti untuk memperbaikinya, sekarang tulis saja ide yang berebutan keluar dari otak kita.
Setelah selesai menuliskan semua pemikiran, bacalah kembali dan perbaiki. Setelah itu, mintalah orang lain untuk membacanya, apakah dia bisa memahami pesan yang kita bangun dalam tulisan tersebut?. Bila mudah dicerna, maka anda sudah berhasil. Bila ada ketidakjelasan, cobalah minta tunjukkan yang mana tidak jelas, perbaikilah segera. Kini, kita sudah bisa menuangkan pemikiran-pemikiran kita dalam tulisan yang mudah difahami pesannya. Ayo terus menulis, pantang putus asah.

*arsip tips dan artikel sebelumnya di
www.apiideologi.wordpress.
com dan www.pinterpol.wordpress.com
»»  read more

Followers