Hadits riwayat al-Bukhâri-Muslim dari Ibnu Abbas ra., ia berkata; ketika berita diutusnya Nabi telah sampai kepada Abû Dzar…, maka ia pergi mencari Nabi saw., hingga masuk menemui Nabi saw. dan masuk bersama Nabi. Kemudian ia mendengar dari perkataan Nabi saw. dan masuk Islam di tempat itu. Kemudian Nabi saw. berkata kepadanya: Wahai Abû Dzar, kembalilah kepada kaummu, kabarkanlah kepada mereka (tentangku) hingga datang perintahku kepadamu. Abû Dzar berkata, “Demi Allah yang menggenggam jiwaku!, aku akan meneriakan syahadatain di tengah-tengah mereka.” Maka keluarlah Abû Dzar hingga datang ke Masjid dan berteriak dengan suaranya yang paling keras, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Kemudian orang-orang berdiri dan memukulinya, hingga membuatnya tergeletak. Datanglah Abbas dan membalikan tubuhnya. Ia berkata, “Celakalah kalian! Apakah kalian tidak mengetahui bahwa ia berasal dari Bani Ghifar? Dan jalan perdagangan kalian menuju Syam (melewati Ghifar)?” Kemudian Abbas menyelamatkannya dari mereka. Keesokan harinya Abû Dzar al-Ghifari mengulangi perbuatannya, hingga mereka memukulinya dan menyerangnya lagi, kemudian datang Abbas dan membalikan wajahnya kemudian menyelamatkannya.
Hadits riwayat Ahmad bin Hambal dalam Fadhail Sahabat dari Urwah, ia berkata; Orang yang pertama kali membacakan al-Quran di Makkah setelah Rasulullah saw. adalah Abdullah bin Mas’ud. Ia berkata; Suatu hari sahabat Rasulullah saw. berkumpul, mereka berkata, “Demi Allah!, orang Quraisy belum pernah mendengar al-Quran yang dibacakan dengan suara keras di hadapan mereka, maka siapa yang berani memperdengarkannya kepada mereka.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku.” Para sahabat berkata, “Kami mengkhawatirkanmu. Yang kami maksud adalah seseorang yang mempunyai kerabat yang akan melindunginya, dari kaum Quraisy jika mereka hendak menyakitinya.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Biarkanlah aku. Sesungguhnya Allah pasti akan melindungiku.” Kemudian Ibnu Mas’ud berangkat pagi-pagi sekali hingga datang ke Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, sedangkan orang-orang Quraisy berada di tempat pertemuan mereka. Kemudian Ibnu Mas’ud berdiri di dekat Makam Ibrahim dan membacakan firman Allah dengan suara yang keras: (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Quran. (TQS. ar-Rahmân [55]:1-2) Kemudian ia berdiri di depan makam (Ibrahim) tersebut dan kembali membacakan al-Quran. Urwah berkata; Mereka (kaum Quraisy) merenung dan berkata, “Apa yang telah dibaca oleh Ibnu Ummi Abd (Ibnu Mas’ud)?” Kemudian sebagian dari mereka berkata, “Ia telah membaca sebagian perkara yang dibawa oleh Muhammad.” Maka mereka berdiri memburu Ibnu Mas’ud dan memukuli wajahnya.” Tapi Ibnu Mas’ud tetap membacakan al- Quran hingga dia menyampaikan sebagian dari al-Quran yang Allah kehendaki untuk disampaikan. Kemudian ia pulang menuju para sahabat, dan kaum Quraisy telah meninggalkan bekas pukulan di wajahnya. Para sahabat pun berkata, “Itulah yang aku khawatirkan terhadapmu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah!, tidak ada musuh Allah yang lebih ringan bagiku dari pada mereka saat ini. Jika kalian menghendaki, besok aku akan berangkat lagi pagi-pagi sekali menuju mereka. Aku akan melakukan seperti yang telah kulakukan barusan.” Para sahabat berkata, “Cukup!, engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka sukai.”
Hadits riwayat al-Bukhâri dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Aku tidak mengingat ibu bapaku kecuali keduanya telah memeluk agama ini… Hal ini mengejutkan para pembesar Quraisy dari kalangan kaum Musyrik. Kemudian mereka mengirim utusan kepada Ibnu Daghinah, dan Ibnu Daghanah mendatangi mereka. Mereka berkata, “Kami membiarkan Abû Bakar dalam perlindungan Anda... tetapi, kami tidak setuju jika Abû Bakar beribadah secara terang-terangan.” ‘Aisyah berkata; Maka Ibnu Daghinah datang menemui Abû Bakar dan berkata, “Wahai Abû Bakar, engkau telah mengetahui perkara yang menjadi kesepakatan perjanjianku denganmu. Maka engkau harus memilih di antara dua perkara, yaitu engkau harus membatasi dirimu dari beribadah secara terangterangan, atau mengembalikan jaminan keamanan —yang aku berikan— kepadaku. Karena aku tidak suka bangsa Arab mendengar bahwa aku membatalkan perjanjian (secara sepihak) dengan laki-laki” Maka Abû Bakar berkata, “Aku akan mengembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan jaminan Allah Azza wa Jalla...”
Al-Hâkim telah meriwayatkan dalam kitab al-Mustadrak, ia berkata; hadits ini shahih memenuhi syarat Muslim, disetujui oleh adz-Dzahabi dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Abdullah bin Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata; Umar memerangi kaum Musyrik di masjid Makkah. Maka Umar tidak henti-hentinya memerangi mereka sejak pagi hingga matahari ada di atas kepalanya. Ia pun kelelahan dan duduk. Kemudian ada seorang lelaki berwajah tampan yang menemuinya. Ia memakai kain merah dan ghamis qumisi. Kemudian laki-laki itu datang hingga bergabung dengan mereka dan berkata, “Apa yang kalian inginkan dari laki-laki ini?” Mereka berkata, “Demi Allah, tidak ada kecuali karena dia shaba’ (telah keluar dari agama nenek moyang kita untuk mengikuti agama yang lain.” Laki-laki itu berkata, “Sebaik-baik manusia adalah yang telah memilih agama bagi dirinya, maka biarkanlah ia dan agama pilihannya. Apakah kalian melihat Bani Adiy senang membunuh Umar? Tidak! Demi Allah, Bani Adiy tidak akan senang.” Ibnu Umar berkata; Pada saat itu Umar berkata, “Wahai musuh-musuh Allah!, demi Allah, andai kata jumlah kami telah mencapai tiga ratus orang, pasti kami akan mengusir kalian dari Makkah.” Aku (Ibnu Umar) berkata kepada bapaku setelah kejadian itu, “Siapa laki-laki yang telah mengusir mereka darimu pada saat itu?” Umar berkata, “Laki-laki itu adalah Ash bin Wail, bapaknya Amr bin Ash.” Lafadz hadits ini dituturkan oleh al-Hâkim. Hadits ini tidak bertentangan dengan Hadits Abdullah bin Umar sebelumnya yang diriwayatkan oleh al- Bukhâri. Dalam hadits itu disebutkan Umar ada di rumahnya karena takut dibunuh. Karena kedua hadits itu mungkin merupakan dua kejadian dengan waktu yang berbeda.
Baihaqi telah meriwayatkan dalam kitab ad-Dalail, adz-Dzahabi dalam kitab Tarikh dari Musa bin Uqbah; Utsman bin Mad’un dan sahabat-sahabatnya adalah termasuk orang-orang yang kembali ke Makkah (dari Habsyah). Mereka tidak bisa masuk Makkah kecuali dengan perlindungan. Maka Walid bin al-Mughirah memberikan perlindungan kepada Utsman bin Mad’un. Ia melihat bencana yang menimpa sahabat-sahabatnya, dan sebagian dari mereka ada yang disiksa dengan cambuk dan api, tapi ia selamat tidak diganggu sedikit pun. Maka ia lebih suka mendapat bencana (penindasan). Ia berkata kepada al-Walid, “Wahai pamanku!, engkau telah melindungiku, tapi aku lebih suka jika engkau melepaskan aku kepada keluargamu, sehingga engkau terbebas dariku.” Walid berkata, “Wahai keponakanku!, bagaimana jika ada seseorang yang menindas atau mencaci makimu?” Utsman berkata, “Tidak, demi Allah!, tidak ada seorang pun yang akan menggangguku dan menyakitiku.” Ketika Utsman tetap menginginkan dibebaskan dari perlindungan Walid bin al-
Mughirah, maka ia pun mengembalikannya ke Masjid, sementara orang Quraisy yang ada di sana seperti sedang merayakan sesuatu yang ada pada mereka. Walid bin Rabiah, sang penyair, memberikan semangat kepada mereka —dengan syair-syairnya— kemudian Walid memegang tangan Utsman dan berkata, “Anak ini telah mendorongku agar aku melepaskan perlindungannya. Aku memberikan kesaksian kepada kalian bahwa aku sejak saat ini telah
bebas darinya; kecuali jika ia mau (minta dilindungi kembali).” Utsman berkata, “Ia telah berkata benar. Demi Allah!, aku telah memaksanya untuk hal itu. Dia bebas dariku.” Kemudian Utsman duduk bersama orang-orang, maka mereka pun menyiksanya.” Sekalipun para shahabat ra. memiliki sikap konsisten, namun mereka pernah mengadu kepada Rasulullah saw., dan meminta agar Rasulullah saw. berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah untuk mereka. Maka, Rasulullah saw. Menjawabnya sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhâri dari Khubab bin al-Arats, ia berkata:
Kami mengadu kepada Rasulullah saw. ketika beliau sedang merebahkan badan dengan berbantal bajunya di bawah atap Ka’bah. Kami berkata kepadanya, “Kenapa engkau tidak meminta pertolongan kepada Allah untuk kami. Memohonlah kepada Allah untuk kami?” Rasulullah saw bersabda, “Dahulu ada lelaki sebelum kalian yang dikubur hidup-hidup, dan digergaji dari kepalanya hingga membelah badannya menjadi dua. Tapi hal itu tidak menghalanginya dari agama Allah. Ada juga yang tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi, tapi hal itu tidak menghalanginya dari agama Allah. Demi Allah!, urusan (agama) ini akan sempurna hingga penunggang kuda dari Shan’a sampai Hadra Maut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, atau Srigala yang akan memangsa kambing. Tetapi kalian tergesa-gesa.”
Comments :
0 komentar to “KONSISTEN DALAM KEBENARAN (6)”
Posting Komentar
KIrimkan Komentar anda tentang Artikel Ini