Al-Bukhâri meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amr tentang kekejian yang paling parah, yang dilakukan oleh kaum Musyrik kepada Nabi saw. Abdullah bin Amr berkata; Aku pernah melihat Uqbah bin Abi Mu’ith datang menuju Nabi saw. ketika beliau sedang shalat. Kemudian ia meletakkan selendangnya ke leher Rasulullah saw. dan mencekiknya. Kemudian datanglah Abû Bakar hingga ia melindungi Rasulullah saw. dari kekejian Uqbah, seraya berkata, “Apakah kamu akan membunuh seorang manusia yang mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah? Padahal ia telah datang kepadamu dengan membawa penjelasan-penjelasan dari Tuhannya?” Al-Bukhâri juga telah mengeluarkan hadits pada bab Islamnya Umar bin al-Khathab dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Ketika Umar sedang berada di rumahnya dan merasa takut, maka datanglah al-Ash bin Wail as-Sahmi, yakni Abû Amr. Ia memakai perhiasan yang sangat bagus dan memakai gamis yang dilapisi sutra. Ia berasal dari Bani Sahmi. Mereka adalah sekutu kami di masa Jahiliyah. Kemudian ia berkata kepada Umar, “Apa yang terjadi padamu?” Umar berkata, “Kaum-mu bermaksud membunuhku jika aku masuk Islam.” Lalu al-Ash bin Wail berkata, “Tidak ada jalan untuk membunuhmu setelah mengatakan ‘Aku beriman…’ “ Kaum Musyrik tidak merasa cukup dengan hanya berkonspirasi untuk membunuh Nabi saja. Ibnu Hajar telah menuturkan dalam Fathul Bari, ia berkata; Ibnu Ishak, Musa bin Uqbah dan yang lainnya --yakni para pengarang kitab al-Maghazi (buku yang membahas tentang peperangan yang di lakukan Rasulullah)— berkata, “Ketika Quraisy melihat para sahabat telah menempati suatu negeri di mana mereka mendapatkan keamanan di dalamnya (Habsyah), dan merekba telah melihat bahwa Umar masuk Islam, serta Islam telah menyebar di seluruh kabilah; maka mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah saw. Kemudian rencana mereka itu sampai kepada Abû Thalib. Maka Abû Thalib mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Lalu mereka memasukkan Rasulullah saw. ke lembah persembunyian mereka dan melindungi Rasulullah saw. Dari orang yang ingin membunuhnya…”
Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya terpercaya selain Ustman al-Jazari, ia dipercaya oleh Ibnu Hibban dan dilemahkan oleh yang lainnya, dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (TQS. al-Anfâl [8]: 30)
Ia berkata; Orang-orang Quraisy bermusyawarah pada suatu malam di Makkah. Sebagian dari mereka berkata, “Jika datang waktu pagi, maka ikatlah ia dengan tali yang kokoh (yang mereka maksud adalah Nabi Muhammad saw.).” Sebagian lagi berkata, “Bunuhlah ia”. Sebagian lagi berkata, “Usirlah ia...” Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya berkata, Ibnu Ishak berkata; Maka orang Quraisy merasa khawatir dengan keluarnya Rasulullah saw. menyusul sahabat-sabatnya ke Madinah… Kemudian berkumpullah para pembesar Quraisy di Dârun Nadwah. Mereka bermusyawarah tentang apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah saw… Kemudian ada yang berkata, “Tahanlah dalam jeruji besi…” Kemudian ada lagi yang mengatakan, “Kita usir mereka dari tengah-tengah kita…” Kemudian Abû Jahal berkata, “Demi Allah!, aku mempunyai pendapat tentangnya. Aku tidak melihat kalian menyampaikannya sebelum ini.” Mereka berkata, “Apa pendapat itu wahai Abûl Hakam?” Ia berkata, “Aku berpendapat, kita harus mengambil dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat, terpandang, dan dimuliakan di antara kita. Kemudian kita berikan setiap pemuda itu pedang yang tajam. Lalu mereka pergi kepadanya, sehingga mereka memukulnya dengan sekali pukulan seorang lelaki, kemudian mereka pun berhasil membunuhnya. Akhirnya, kami pun bisa tenang darinya.” Di antara para sahabat ada yang bersabar meski harus dibunuh, seperti Sumayah atau Ummu Amar, ia adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Juga terdapat sikap-sikap dari Rasul saw. dan para sahabat ketika menentang kaum Musyrik. Mereka telah menampakkan keteguhan jiwa yang menjadikan mereka menjadi orang-orang yang konsisten, di antaranya :
Hadits yang diriwayatkan al-Bukhâri dalam at-Tarikh al-Kabir dari Musa bin Uqbah, ia berkata; Aku telah dikabari oleh Uqail bin Abi Thalib, ia berkata, Suatu ketika kaum Quraisy mendatangi Abû Thalib. Mereka berkata, “Sungguh keponakanmu ini telah menyakiti kami di tempat kami berkumpul.” Abû Thalib berkata, “Wahai Uqail, bawalah Muhammad kemari.” Maka Uqail pun pergi menemui Rasulullah saw. Ia meminta beliau agar keluar dari rumah kecilnya. Maka Uqail pun datang membawa Nabi saw. di tengah hari pada saat terik matahari panas sekali. Maka beliau pun mencari tempat yang teduh untuk berjalan di bawah naungannya karena sangat panasnya terik matahari. Ketika beliau tiba menemui mereka (di rumah Abû Thalib), Abû Thalib berkata kepada beliau, “Sungguh, anak-anak pamanmu ini menduga bahwa engkau telah menyakiti mereka di tempat mereka berkumpul dan di tempat ibadah mereka, maka berhentilah dari menyakiti mereka!” Kemudian beliau melihat ke langit dan berkata, “Apakah kalian melihat matahari itu? Aku tidak mampu menolaknya dari kalian jika ada percikan api yang keluar darinya.” Abû Thalib berkata, “Demi Allah!, kami tidak akan mendustakan keponakanku selamanya, maka kembalilah kalian semua!”
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhâri dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata; Sa'ad bin Muadz pernah pergi (ke Makkah) untuk melaksanakan umrah. Abdullah berkata; Sa'ad bin Muadz beristirahat di rumah Umayah bin Khalaf, yakni Abi Shafwan. Umayah berkata kepada Sa'ad, “Tunggulah hingga tiba tengah hari dan manusia lengah, maka pergilah dan thawaflah.” Ketika Sa'ad sedang thawaf, tiba-tiba datang Abû Jahal, seraya berkata, “Siapa orang yang sedang thawaf di Ka’bah ini?” Sa'ad berkata, “Aku adalah Sa'ad.” Abû Jahal berkata, “Engkau bisa thawaf di Ka’bah dengan aman, padahal engkau telah melindungi Muhammad dan para sahabatnya.” Sa'ad berkata, “Benar” Kemudian mereka bertengkar. Maka Umayah berkata kepada Sa'ad, “Jangan megeraskan suaramu kepada Abû al-Hakam, karena ia adalah pemimpin penduduk lembah ini (Makkah).” Kemudian Sa'ad berkata, “Jika engkau menghalangiku thawaf di Baitullah, maka aku akan memutus (jalur) perdaganganmu di Syam.” Kemudian Umayah berkata lagi kepada Sa'ad, “Janganlah mengeraskan suaramu!” Umayah menahan suara Sa'ad. Maka Sa'ad pun marah dan berkata, “Lepaskan aku!, sungguh aku telah mendengar Muhammad saw. bermaksud membunuhmu.” Umayah berkata, “Akan membunuhku?” Sa'ad berkata, “Ya, benar!” Umayah berkata, “Demi Allah!, Muhammad saw. tidak pernah berdusta jika ia berbicara...” (al-Hadits)
Comments :
0 komentar to “KONSISTEN DALAM KEBENARAN (5)”
Posting Komentar
KIrimkan Komentar anda tentang Artikel Ini